Miliarder Pemilik BMW: Jadi Orang Kaya Tak Selalu Enak

Miliarder keturunan bos BMW menyebut jadi orang kaya tidak selalu enak.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 22 Jun 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2019, 06:00 WIB
BMW 3-series E46 2003 (Autoevolution.com)
BMW seri 3 merupakan salah satu mobil yang ikonik di era 90-an yang kini harganya cenderung terjangkau.

Liputan6.com, New York - Dua orang miliarder mengaku memiliki kekayaan ada sisi tidak enak yang jarang dipahami orang banyak. Itu diungkapkan oleh kakak-beradik dan Susanne Klatten (57) dan Stefan Quandt (53) asal Jerman.

Keduanya merupakan anak dari Herbert Quandt, seorang pebisnis yang mengantar BMW menuju kesuksesan. Warisan kesuksesan sang bapak menjadi beban tersendiri bagi mereka, sebab hal itu perlu mereka jaga.

"Banyak yang percaya bahwa kita hanya duduk-duduk di kapal yacht di laut Mediterania. Peran sebagai penjanga kekayaan juga memiliki sisi personal yang tidak begitu menyenangkan," ujar Susanne Klatten seperti dikutip Bloomberg.

Salah satu tantangan Stefan dan Susanne adalah perkara tenaga kerja di Jerman. Bagi mereka uang sudah bukan lagi sebagai tujuan utama.

"Bagi kami berdua, tentunya bukan uang yang mendorong kami. Di atas segalanya, yaitu pertanggunjawaban untuk menjaga pekerjaan di Jerman," ujar Stefan.

Miliarder bersaudara itu menyebut merasa cocok dengan jabatan mereka di dewan direksi BMW, akan tetapi mereka sempat kesulitan karena menjabat posisi penting itu di usia muda.

"Potensi kami tumbuh dari peran sebagai pewaris dan mengembangkannya. Kami bekerja keras untuk itu tiap harinya," ujar Klatten.

Susanne Klatten memilliki 19,2 persen saham di BMW, sementara Stefan punya 23,7 persen saham. Wanita itu juga merupakan miliarder terkaya di Jerman.

Menurut Bloomberg Billionaire Index, kekayaan Susanne adalah sebesar. USD 18,8 miliar atau Rp 265,3 triliun (USD 1 = Rp 14.113). Sementara, Stefan Quandt memiliki kekayaan USD 15,7 miliar (Rp 221,5 triliun).

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Pesan Miliarder: Waspada, Reputasi Bisa Hancur dalam 5 Menit

David Rubenstein berbicara di lulusan Wharton School
David Rubenstein berbicara di lulusan Wharton School. Dok: Warton School

- Miliarder David Rubenstein menyampaikan pesan inspiratif di hadapan lulusan sekolah bisnis bergengsi: Wharton School, bagian dari Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat (AS). Ia hadir sebagai keynote speaker dan membahas karier, pendidikan, serta reputasi.

Ketika membahas reputasi, Rubenstein menyebut butuh waktu lama untuk membangunnya, tetapi menghancurkannya hanya butuh lima menit saja.

Mengapa bisa? Sang miliarder menjelaskan mulanya itu terjadi jika seseorang mengambil jalan pintas dengan cara tidak baik. Awalnya mungkin tidak ketahuan, tetapi begitu terkuak maka reputasi orang tersebut akan runtuh.

"Kamu akan berkali-kali tergoda untuk mengambil jalan pintas. Jangan berbuat demikian. Pikirkan mengenai orang-orang yang mencoba mengambil jalan pintas dan apa yang terjadi pada mereka ketika tertangkap," ujar Rubenstein seperti dikutip Forbes.

Reputasi dinilainya sulit untuk diperbaiki lagi sekalinya sudah hancur. Rubenstein pun mengingatkan para lulusan agar selalu mengikuti etika ketimbang mengambil jalan pintas.

Dalam pidatonya, Rubenstein juga menekankan pentingnya pendidikan. Meski ada orang seperti Mark Zuckerberg dan Bill Gates yang sukses tanpa gelar akademis, miliarder itu menyebut lebih aman jika punya gelar.

Rubenstein merupakan pemimpin perusahaan investasi The Carlyle Group. Ia mengaku sempat bergonta-ganti karier sebelum bekerja di sektor investasi di usia 37.

"Ingat untuk memberikan kembali ke masyarakat. Pandangan saya adalah orang-orang yang memberikan kembali ke masyarakat adalah orang-orang yang paling menikmati kehidupan," jelasnya.

Jangan Bekerja Demi Uang, Anda Tak Akan Bahagia

Tim Cook Apple
Tim Cook, CEO Apple. Foto: Business Insider

CEO Apple Tim Cook memberikan beberapa saran bagi para anak muda agar tidak terobsesi hanya kepada uang saja.

"Saran saya kepada Anda semua, jangan bekerja demi uang karena ini akan membuat uang itu cepat habis hingga Anda tidak pernah merasa cukup dan tidak bahagia," ujarnya seperti dikutip dari laman CNBC.

Tim Cook berpendapat, seseorang harus bisa mencari sesuatu yang membuat mereka begitu bersemangat. Jika tidak berhasil menemukan hal itu, maka orang tersebut tidak dapat bahagia seumur hidupnya. 

Untuk itu, Cook menyarankan agar pemuda bisa mencari pekerjaan yang disukainya dibanding harus mencari pekerjaan dengan gaji yang tinggi.

Karena dengan begitu mereka tidak akan berat menjalaninya meskipun tugas yang sedang ia kerjakan memang sungguh sulit.

Ternyata saran ini, sudah terlebih Cook terapkan dan hasilnya sungguh luar biasa. Ia mendapatkan gaji yang begitu baik dengan mengerjakan hal yang ia sukai.

Namun ternyata ada beberapa miliarder dunia yang menentang hal ini. Diantaranya, Warren Buffett dan Bill Gates. Mereka berdua berpendapat jika kesuksesan dapat diraih berkat tingkat penasarannya yang begitu tinggi dan hasrat ingin meraihnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya