Inovasi Pelayanan Publik Karya BNPB Raih Penghargaan PBB

PetaBencana.id merupakan sebuah platform gratis berbasis website yang menghasilkan visualisasi spasial dari informasi bencana secara real time.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 24 Jun 2019, 19:45 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2019, 19:45 WIB
(Dok: Kementerian PANRB)
Inovasi dari BNPB yang diberi nama PetaBencana.id berhasil meraih juara pertama dalam kategori Memastikan Pendekatan Terintegrasi dalam Lembaga Sektor Publik pada UNPSA 2019 yang diselenggarakan PBB.

Liputan6.com, Jakarta - Inovasi pelayanan publik dari Indonesia kembali menorehkan prestasi di kancah internasional. Kini, inovasi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang diberi nama PetaBencana.id berhasil meraih juara pertama dalam kategori Memastikan Pendekatan Terintegrasi dalam Lembaga Sektor Publik pada UNPSA 2019.

Kegiatan tersebut diselenggarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Baku, Azerbaijan, Senin (24/6/2019).

Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), Syafruddin yang turut hadir dalam acara mengatakan, penghargaan ini merupakan bukti nyata, Bangsa Indonesia semakin responsif terhadap kemajuan pelayanan publik.

"Selamat atas penghargaan yang telah diperoleh BNPB. Semoga inovasi ini dapat terus dikembangkan dan berguna bagi masyarakat Indonesia," ujar Syafruddin seusai acara.

Keikutsertaan inovasi dari Indonesia dalam UNPSA sudah sejak 2014 lalu, dengan menghadirkan lima inovasi menjadi finalis.

Pada 2015, ada dua runner up dan tiga finalis dalam UNPSA. Tiga tahun kemudian, yakni 2018, Sistem EDAT menjuarai ajang bergengsi tersebut. 

PetaBencana.id merupakan sebuah platform gratis berbasis website yang menghasilkan visualisasi spasial dari informasi bencana secara real time.

Platform ini memanfaatkan penggunaan media sosial dan pesan instan selama kejadian bencana untuk mengumpulkan dan menyaring kondisi terkini yang terkonfirmasi dari penduduk di lokasi sekitar kejadian.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Selanjutnya

(Foto: Dok Kementerian PANRB)
Inovasi dari BNPB yang diberi nama PetaBencana.id berhasil meraih juara pertama dalam kategori Memastikan Pendekatan Terintegrasi dalam Lembaga Sektor Publik pada UNPSA 2019 yang diselenggarakan PBB.

Platform yang sebelumnya bernama PetaJakarta.org, dikembangkan BNPB bersama Massachusetts Institute of Technology (MIT), USAID, Pacific Disaster Center (PDC), Humanitarian OpenStreetMap Team (HOT) dan BPBD DKI Jakarta. 

Platform ini dirancang untuk beroperasi bersama dengan platform lain yang telah ada, seperti aplikasi perpesanan, media sosial, dan pesan singkat.

Inovasi ini ditujukan bagi masyarakat umum, terutama masyarakat kelas menengah ke bawah dan masyakarat dengan akses sarana yang terbatas. 

Sejak diluncurkan pada Desember 2015 lalu, PetaBencana.id telah diakses sebanyak 737.102 kali oleh 361.478 pengguna.

Sebelum diusulkan ke UNPSA, Kementerian PANRB menggelar Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) dan terus melakukan pendampingan. Inovasi PetaBencana.id ikut serta dalam KIPP 2017 dan berhasil masuk dalam Top 99 Inovasi Pelayanan Publik.

 

Australia Tawarkan Kerja Sama dengan BNPB Senilai USD 25 Juta

Achmad Sudarno/Liputan6.com
Kepala BNPB Doni Monardo.

Sebelumnya, Pemerintah Australia menawarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kerja sama dalam hal investigas bencana pada masa lalu, terutama di sekitar wilayah Pantai Barat Sumatera.

"Pemerintah Australia sudah berkunjung ke BNPB menawarkan kerja sama selama limatahun dengan nilai anggaran sekitar 25 juta dolar Amerika untuk lima tahun," kata Kepala BNPB, Letjen Doni Monardo, Graha BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Rabu, 29 Mei 2019.

Doni mengharapkan kerja sama dengan Australia ini akan diterjunkan tim ahli untuk melacak bencana purba. kerja sama tersebut diharapkan nantinya dapat memprediksi bencana yang akan terjadi sehingga masyarakat bisa mempersiapkan diri.

"Kita ingin menggali, meneliti, sehingga kita bisa memprediksi dari peristiwa masa lalu yang terjadi, kita bisa memberikan antisipasi ke depan seperti apa yang terjadi, sehingga masyarakat bisa persiapkan," pungkas Doni.

Menurut Doni, Pantai Barat Sumatera dipilih karena wilayah ini memiliki beberapa segmen. Sebagian segmen juga diketahui sudah lepas energinya, seperti di Aceh.

"Aceh misalnya, itu ternyata periodesasinya 2000 tahun sekali ya. Dan di Aceh itu tsunami Aceh sudah terjadi sebanyak 5 kali. Termasuk yang 2004 tanggal 26 Desember. Kemudian di Nias, kemudian di Mentawai, kemudian di Bengkulu," ujar Doni.

Sedangkan daerah yang energinya belum lepas ialah wilayah Selat Sunda. Menurut Doni, wilayah itu memiliki potensi gempa dengan kekuatan mencapai 8,9 magnitudo.

"Nah kemudian yang belum lepas menurut para pakar yang sekarang berada di bawah koordinasi deputi satu Pak Wisnu, ini adalah potensi megatrust dari Selat Sunda yang kalo terjadi ya kita harapkan tidak terjadi, itu kekuatannya bisa mencapai lebih dari 8,9 magnitudo. Artinya apa? Dengan kekuatan seperti itu gelombang tsunami yang dtimbulkan akan sangat besar," ujarnya.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya