Indef: Trump dan Xi Jinping Sepakat Kembali Negosiasi Dagang Jadi Peluang Eksportir RI

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping sepakat untuk kembali negosiasi dagang jadi sinyal positif KTT G20.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Jun 2019, 20:30 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2019, 20:30 WIB
Presiden AS Donald Trump didampingi Presiden China Xi Jinping saat upacara penyambutannya di Beijing
Presiden AS Donald Trump didampingi Presiden China Xi Jinping saat upacara penyambutannya di Beijing (AP Photo/Andrew Harnik)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping sepakat untuk gencatan senjata dan memulai kembali negosiasi perdagangan yang macet pada bulan lalu. Hal ini dinilai berdampak positif untuk ekonomi global dan Indonesia.

"Ini sinyal positif dari G20 dengan renegosiasi terkait kebijakan tarif. Artinya besar kemungkinan perang dagag bisa sedikit mereda. Setidaknya tidak ada kenaikan tarif bea masuk yang baru," ujar Ekonom Indef Bhima Yudhistira, saat dihubungi Liputan6.com, lewat pesan singkat, Sabtu (29/6/2019).

Ia menuturkan, sentimen tersebut dapat menjadi kesempatan bagi eksportir Indonesia untuk meyakinkan calon pembeli di tujuan ekspor Amerika Serikat (AS) dan China untuk menjalankan kontrak pembelian jangka panjang.

"Kemarin sempat tertunda karena wait and see pertemuan Trump dengan Xi Jinping, sekarang saatnya genjot ekspor lagi," kata dia.

Ia menambahkan, kalau ekspor Indonesia mulai membaik tentu berdampak berkurangnya defisit neraca dagang.

Ditambah efek positif renegosiasi dagang tersebut dapat mendorong perbaikan pertumbuhan ekonomi, stabilitas kurs rupiah, dan pendapatan masyarakat di sektor komoditas.

Meski demikian, Bhima menegaskan kalau renegosiasi dagang tersebut bukan berarti perang dagang selesai.Oleh karena itu, masih ada ketidakpastian di global. "Cuma negosiasi baru. Yang penting tidak ada pemberlakuan tarif baru," tutur dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Donald Trump dan Xi Jinping Kembali Sepakat Negosiasi Perdagangan

20170406-Donald Trump Bertemu dengan Xi Jinping di Florida-AP
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping sebelum melakukan pertemuan di resor Mar a Lago, Florida, Kamis (6/4). Isu perdagangan dan Korea Utara diperkirakan menjadi isu utama pembahasan kedua pemimpin negara tersebut. (AP Photo/Alex Brandon)

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping sepakat untuk gencatan senjata lain dalam perang dagang yang menghilangkan ancaman langsung yang membayangi ekonomi global.

Donald Trump dan Xi Jinping sepakat untuk memulai kembali negosiasi perdagangan yang macet bulan lalu. Selain itu, AS sepakat tidak mengenakan tarif baru pada barang-barang China. Trump menuturkan, AS akan merilis pernyataan sekitar pukul 3.30 malam waktu setempat.

"Kami memiliki pertemuan yang sangat baik dengan Presiden China Xi Jinping. Bagus sekali. Saya mengatakan sangat baik. Sebagus yang akan terjadi.Kami membahas banyak hal dan kami segera kembali ke jalur semula," ujar Trump kepada wartawan di sela-sela pertemuan KTT G20 di Osaka, Jepang, seperti dikutip dari laman yahoofinance, Sabtu, 29 Juni 2019.

Kembalinya ke meja perundingan mengakhiri kebuntuan dalam enam minggu ini telah membuat perusahaan dan investor gelisah. Dengan kembalinya perundingan sementara waktu mengurangi kekhawatiran kalau dua ekonomi terbesar di dunia itu menuju perang dingin baru.

Akan tetapi, tidak jelas apakah kedua negara tersebut dapat mengatasi perbedaan yang sebabkan runtuhnya gencatan sebelumnya yang dicapai pada G20 tahun lalu.

Kekhawatiran buntunya negosiasi perdagangan telah mendorong investor untuk bertaruh pada pelonggaran bank sentral dan mendorong aset ke investasi safe haven. Imbal hasil surat berharga jatuh ke level terendah dan yen Jepang menguat. Sementara itu, dolar AS tergelincir termasuk terhadap yuan, mata uang China.

Sejak pembicaraan gagal pada 10 Mei, Trump telah menaikkan tarif USD 200 miliar barang China menjadi 25 persen dari 10 persen. Akhir-akhir ini, ia mengindikasikan pengenaan tarif 10 persen untuk barang impor dari China senilai USD 300 miliar termasuk telepon pintar dan pakaian anak-anak.

Kendala besar lainnya pemerintahan AS yang rilis daftar hitam Huawei Technologies pada bulan lalu atas keamanan nasional yang mengancam memutus akses perusahaan tersebut ke teknologi AS. Pemerintah AS telah melobi sekutu di seluruh dunia untuk tidak membeli peralatan Huawei yang menurut AS dapat digunakan untuk mata-mata China.

Selanjutnya

Aksi Putin dan Xi Jinping Saat Bikin Pancake Bersama
Presiden China Xi Jinping menyantap pancake buatannya bersama Presiden Rusia Vladimir Putin di sela acara Eastern Economic Forum di Vladivostok, Rusia, Selasa (11/9). (Sergei Bobylev/TASS News Agency Pool Photo via AP)

Sementara itu, Xi menghabiskan banyak dari pertemuan puncak untuk menjanjikan membuka ekonomi China dan mengecam meski tidak menyebut AS karena serangan terhadap sistem perdagangan global.

Dalam sambutannya kepada para pemimpin Afrika, Xi mengambil langkah tidak begitu halus pada kebijakan perdagangan Trump dan memperingatkan terhadap praktik intimidasi. Ia juga menambahkan kalau setiap upaya untuk menempatkan kepentingan diri sendiri terlebih dahulu dan melemahkan orang tidak akan memenangkan popularitas apa pun.

Xi juga mengatakan, kalau G20 harus menjunjung tinggi kelengkapan dan vitalitas rantai pasokan global. China bersikeras kalau Huawei harus dihapus dari daftar hitam berdasarkan kesepakatan apapu.

Sedangkan Donald Trump menegaskan mengenai pengurangan defisit perdagangan AS dan China yang mencapai rekor USD 419 miliar pada tahun lalu. Akan tetapi, fokus pemerintahannya telah bergeser untuk membatasi akses China ke inovasi AS. Pemerintah China pun menanggapi dengan retorika yang semakin keras.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya