Pesawat Boeing Jatuh Gara-Gara Software Buatan Pegawai Outsourcing?

Kasus ini menjadi polemik mengingat jatuhnya dua pesawat Boeing adalah akibat software.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 01 Jul 2019, 10:00 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2019, 10:00 WIB
Ilustrasi pesawat Boeing 737 MAX (AFP Photo)
Ilustrasi pesawat Boeing 737 MAX (AFP Photo)

Liputan6.com, Chicago - Sebuah polemik baru menerpa Boeing. Terkuak bahwa perusahaan itu menggunakan jasa insinyur via jasa outsourcing. Mantan insinyur Boeing pun menyindir kelakuan perusahaan yang melakukan pengiritan.

Dilaporkan oleh Bloomberg, Boeing menyewa jasa pekerja outsourcing untuk mengembangkan dan menguji software. Boeing juga malah bergantung ke insinyur dari negara-negara yang kurang pengalaman mengenai aerospace, seperti India.

Salah satu perusahaan outsourcing yang bekerja dengan Boeing adalah HCL. Perusahaan itu merekrut anak muda lulusan kuliah untuk mengembangkan software spesifik yang diminta Boeing. Mantan insyinur Boeing, Mark Rabin, merasa tidak nyaman dengan fakta tersebut dan berkata lebih baik jika yang bekerja adalah insinyur Boeing.

"Itu kontroversial karena tidak seefisien jika insinyur-insinyur Boeing yang menulis kode (untuk software)," ujarnya.

Dalam profil resume pegawai yang muncul di media sosial, insinyur outsourcing dari HCL ikut membuat software flight-display Boeing. Pegawai dari perusahaan India lain, yaitu Cyient, mengaku mengembangkan software untuk perangkat penerbangan.

Kasus ini disorot mengingat jatuhnya dua pesawat Boeing 737 Max di Indonesia dan Etiopia merupakan akibat dari software yang bermasalah.

Pihak Boeing mengaku tidak bergantung kedua perusahaan itu dalam membuat software Boeing 737 MAX yang bermasalah, yakni Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS). Selain itu, Boeing mengaku sudah terbiasa bekerja dengan mitra seperti itu.

"Boeing memiliki puluhan tahun pengalaman bekerja dengan supplier/partner di seluruh dunia. Fokus primer kita adalah selalu memastikan bahwa produk-produk dan layanan-layanan kami aman, memiliki kualitas tertinggi, dan patuh pada semua regulasi yang diterapkan," ujar pihak Boeing.

MCAS merupakan sistem peringatan di cockpit pesawat. Usai kecelakaan yang melibatkan dua pesawat, ternyata ditemukan kekurangan dalam software tersebut sehingga Boeing diminta untuk memperbaikinya terlebih dahulu sebelum pesawat 737 MAX boleh terbang lagi.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Boeing Sedang Irit?

Boeing 737 MAX
Polish Airlines dengan jenis pesawat Boeing 737 MAX varian 8 berjalan di landasan Bandara Internasional Borispol. (iStockphoto)

Kabar lain terkuak bahwa Boeing memang sedang mengirit. Para insinyur pun mengeluhkan tekanan dari manajer yang tak mau ada banyak perubahan yang bisa memberi harga tambahan.

"Boeing melakukan segala hal, segala yang bisa kamu bayangkan, untuk mengurangi biaya, termasuk pindah dari wilayah Puget Sound, karena biayanya makin mahal di sini," ujar Rick Ludtke, mantan insinyur pengendali penerbangan Boeing yang dirumahkan pada 2019.

Mantan insinyur lain, Mark Rabin, mengingat ketika Boeing menyebut tidak membutuhkan insinyur senior. Boeing saat itu merasa produk-produknya sudah mature.

"Saya kaget bahwa di sebuah ruangan yang diisi ratusan insinyur, yang kebanyakan senior, diberitahu bahwa kami tidak dibutuhkan," ujarnya.

American Airlines Perpanjang Penangguhan Boeing 737 MAX

Ilustrasi pesawat (iStock)
Ilustrasi pesawat (iStock)

Maskapai asal Amerika Serikat, American Airlines Group, mengatakan pada Minggu, 9 Juni 2019 bahwa pihaknya akan memperpanjang penangguhan penerbangan Boeing 737 MAX hingga 3 September 2019.

Pengumuman itu merupakan sebuah kemunduran dari dari yang ditentukan International Air Transport Association (IATA), yang pada Mei lalu memperkirakan bahwa Boeing 737 MAX baru bisa beroperasi kembali pada Agustus mendatang. 

Pesawat Boeing 737 MAX dilarang terbang di seluruh dunia sejak Maret lalu setelah kecelakaan fatal di Ethiopia yang menewaskan seluruh 157 penumpang. Insiden itu adalah kecelakaan kedua dalam lima bulan, setelah sebelumnya Lion Air JT610 dengan jenis sama juga jatuh di Jawa Barat.

Sebelumnya, maskapai terbesar AS itu mengatakan akan mengandangkan burung besi Boeing 737 MAX hingga 19 Agustus, sebagaimana dilaporkan Channel News Asia dikutip pada Senin (10/6/2019).

Sementara pada September mendatang, American Airlines Group akan mulai mengoperasikan sekitar 115 penerbangan Boeing 737 MAX setiap harinya.

Saat ini, Boeing belum menyelesaikan penerbangan uji sertifikasi dan menyerahkan perbaikan perangkat lunak secara resmi kepada Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) untuk persetujuan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya