Liputan6.com, Washington D.C. - Miliarder Tom Steyer resmi maju sebagai calon presiden Amerika Serikat (AS). Ia ingin melengserkan presiden petahana Donald Trump serta memperbaiki sistem demokrasi di negaranya agar lebih pro-rakyat.
Sebelum terjun ke dunia politik, Steyer bekerja di sektor keuangan sebagai pemimpin Farallon Capital, sebuah perusahaan investasi. Bagi miliarder ini ada satu aturan investasi yang tak boleh ia langgar.
Advertisement
Baca Juga
"Ketika kami berpikir tentang investasi, aturan kami adalah sangat penting untuk tidak rakus. Jadi kami selalu mencoba jujur dan tidak mengambil risiko besar dan memahami risiko yang kami ambil," ujar Steyer seperti dikutip CNBC.
Lebih lanjut, Steyer juga menekankan pentingnya melakukan compound, yakni kembali menginvestasikan pendapatan yang diperoleh dari investasi. Miliarder itu berkata langkah tersebut dapat berbuah manis dalam jangka waktu panjang.
Per 30 Juni, Farallon Capital mengelola aset sebesar USD 28,5 miliar atau Rp 396,5 triliun (USD 1 = Rp 13.915).
Tom Steyer meninggalkan Farallon pada 2012 untuk mendirikan NextGen America. Organisasi itu bertujuan melawan perubahan iklim dan mempromosikan keadilan sosial dan demokrasi.
Miliarder ini masuk ke bursa kandidat presiden lewat Partai Demokrat. Ia kini harus bersaing dengan Senator Elizabeth Warren, mantan Wakil Presiden Joe Biden, hingga penasihat spiritual Marianne Williamson, demi dicalonkan parta itu.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Ingin Lengserkan Donald Trump
Tom Steyer akhirnya menjadi miliarder pertama yang resmi maju menjadi kandidat presiden Amerika Serikat (AS). Pria ini juga terkenal ingin memakzulkan Presiden Donald Trump.
Lewat video berdurasi 4:04 menit, Steyer mengumumkan pencalonannya sebagai presiden dan berkata sistem demokrasi dan politisi sedang tidak sehat karena tidak mengutamakan rakyat.
"Saya pikir rakyat percaya bahwa sistem telah menelantarkan mereka. Saya pikir rakyat percaya bahwa dunia korporat telah membeli demokrasi. Bahwa para politikus tidak peduli atau menghormati mereka," ujar Steyer.
Kepada NBC News, miliarder ini mengaku bukanlah boneka dari siapapun. Pria ini juga prihatin atas nasih AS di bawah kepresidenan Donald Trump.
"Saya sampai tak bisa tidur karena memikirkan di mana posisi kita sebagai negara," ujar Steyer.
Menurut Forbes, kekayaan Tom Steyer saat ini adalah USD 1,6 miliar. Hartanya berhasal dari sektor keuangan, namun ia sudah beralih fokus ke dunia politik dan lingkungan sejak 2012.
Pilpres AS akan berlangsung pada tahun depan. Presiden Donald Trump sudah menyatakan berminat untuk lanjut ke periode dua. Â
Advertisement
Ada Pula Miliarder yang Ingin Donald Trump Terpilih Lagi, Kenapa?
Tak terasa Presiden Donald Trump akan menyelesaikan periode pertamanya pada tahun depan. Trump yang juga miliarder itu pun siap melanjutkan sebagai presiden pada periode kedua.
Terkait dana kampanye, Presiden Trump tampaknya tidak perlu pusing, sebab miliarder Bernie Marcus siap menjadi penyokong dana. Forbes mencatat kekayaannya mencapai USD 5,8 miliar atau sekitar Rp 91,6 triliun.
Dilansir Yahoo! Finance, sosok Bernie Marcus ternyata amatlah dermawan. Ia sudah menyumbang lebih dari USD 2 miliar kepada 300 organisasi.
Sang miliarder mengaku tidak tahu seberapa kaya dirinya dan berusaha menyumbang mayoritas hartanya selama ia hidup. Ia juga mendukung Presiden Trump agar terpilih lagi karena cara berpikir Trump yang seperti pebisnis dalam menghadapi masalah.
"(Trump) memiliki pendekatan common sense seorang pebisnis untuk dalam berbagai isu. Apakah saya setuju dengan segala hal yang ia lakukan? Tidak. Tetapi kenyataannya ia menghasilkan lebih banyak ketimbang yang lain," ujar Marcus.
Dibandingkan delapan atau enam tahun lalu, keadaan AS lebih baik ketimbang enam atau delapan tahun yang lalu. Kekuarangan Trump sebagai presiden, menurut Marcus, adalah caranya dalam berkomunikasi.
Bernie Marcus merupakan Co-Founder Home Depot yang bergerak di sektor ritel. Selain Marcus, miliarder tersohor lain yang mendukung Trump adalah bos industri judi Sheldon Adelson, bos WWE Vince McMahon, dan investor teknologi Peter Thiel.  Â