Liputan6.com, Jakarta - Miliarder David Rubenstein menyampaikan pesan inspiratif di hadapan lulusan sekolah bisnis bergengsi: Wharton School, bagian dari Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat (AS). Ia hadir sebagai keynote speaker dan membahas karier, pendidikan, serta reputasi.
Ketika membahas reputasi, Rubenstein menyebut butuh waktu lama untuk membangunnya, tetapi menghancurkannya hanya butuh lima menit saja.
Advertisement
Baca Juga
Mengapa bisa? Sang miliarder menjelaskan mulanya itu terjadi jika seseorang mengambil jalan pintas dengan cara tidak baik. Awalnya mungkin tidak ketahuan, tetapi begitu terkuak maka reputasi orang tersebut akan runtuh.
"Kamu akan berkali-kali tergoda untuk mengambil jalan pintas. Jangan berbuat demikian. Pikirkan mengenai orang-orang yang mencoba mengambil jalan pintas dan apa yang terjadi pada mereka ketika tertangkap," ujar Rubenstein seperti dikutip Forbes.
Reputasi dinilainya sulit untuk diperbaiki lagi sekalinya sudah hancur. Rubenstein pun mengingatkan para lulusan agar selalu mengikuti etika ketimbang mengambil jalan pintas.
Dalam pidatonya, Rubenstein juga menekankan pentingnya pendidikan. Meski ada orang seperti Mark Zuckerberg dan Bill Gates yang sukses tanpa gelar akademis, miliarder itu menyebut lebih aman jika punya gelar.
Rubenstein merupakan pemimpin perusahaan investasi The Carlyle Group. Ia mengaku sempat bergonta-ganti karier sebelum bekerja di sektor investasi di usia 37.
Ia memiliki kekayaan USD 2,9 miliar atau Rp 41,3 triliun (USD 1 = Rp 14.256) dan dikenal hobi menyumbang uang. Sang miliarder pun mengajak para pemuda agar ikut melakukannya.
"Ingat untuk memberikan kembali ke masyarakat. Pandangan saya adalah orang-orang yang memberikan kembali ke masyarakat adalah orang-orang yang paling menikmati kehidupan," jelasnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Jangan Bekerja Demi Uang, Anda Tak Akan Bahagia
CEO Apple Tim Cook memberikan beberapa saran bagi para anak muda agar tidak terobsesi hanya kepada uang saja.
"Saran saya kepada Anda semua, jangan bekerja demi uang karena ini akan membuat uang itu cepat habis hingga Anda tidak pernah merasa cukup dan tidak bahagia," ujarnya seperti dikutip dari laman CNBC.
Tim Cook berpendapat, seseorang harus bisa mencari sesuatu yang membuat mereka begitu bersemangat. Jika tidak berhasil menemukan hal itu, maka orang tersebut tidak dapat bahagia seumur hidupnya.
Untuk itu, Cook menyarankan agar pemuda bisa mencari pekerjaan yang disukainya dibanding harus mencari pekerjaan dengan gaji yang tinggi.
Karena dengan begitu mereka tidak akan berat menjalaninya meskipun tugas yang sedang ia kerjakan memang sungguh sulit.
Ternyata saran ini, sudah terlebih Cook terapkan dan hasilnya sungguh luar biasa. Ia mendapatkan gaji yang begitu baik dengan mengerjakan hal yang ia sukai.
Namun ternyata ada beberapa miliarder dunia yang menentang hal ini. Diantaranya, Warren Buffett dan Bill Gates. Mereka berdua berpendapat jika kesuksesan dapat diraih berkat tingkat penasarannya yang begitu tinggi dan hasrat ingin meraihnya.
Advertisement
Miliarder Warren Buffett Sebut Uang Bukan Sumber Kebahagiaan
Miliarder Ben Delo (35) asal Inggris masuk jajaran miliarder yang menyumbangkan sebagian besar kekayaannya demi kemanusiaan. Ia mengaku ingin menjaga masa depan generasi selanjutnya, melalui amal yang diberikan.
Delo juga merupakan salah satu pemuda terkaya di Inggris. Amal ini diberikan melalui The Giving Pledge, yakni sebuah inisiatif yang diprakarsai Warren Buffett dan Bill Gates agar para orang kaya raya mau menyumbang harta mereka.
"Ambisi saya sekarang adalah melakukan hal sebaik mungkin dengan kekayaan saya. Bagi saya, ini berarti mendanai tugas untuk menjaga generasi masa depan dan melindungi prospek jangka panjang umat manusia," ujar Delo di situs resmi The Giving Pledge.
Tahun lalu, Sunday Times menyebut Ben Delo adalah miliarder termuda yang meraih kekayaan dengan hasil sendiri (self-made). Kekayaannya ditaksir sekitar USD 3,6 miliar.
Menurut miliarder itu, meski zaman sekarang amat sejahtera, tetapi terdapat hal-hal yang membahayakan manusia seperti senjata nuklir dan perubahan iklim. Delo juga memandang teknologi seperti kecerdasan buatan dan biologi sintetis juga membawa tantangan tersendiri.
Bermacam faktor kritis itulah yang menginspirasi Delo agar semua orang bekerja sama dan membuat rencana yang memikirkan masa yang akan datang. Oleh karenanya, ia tertarik berkolaborasi dengan para tokoh yang berkontribusi di The Giving Pedge.
"Saya berterima kasih pada Bill dan Melinda Gates dan Warren Buffett untuk menciptakan inisiatif penting ini," ujar Delo.
The Giving Pledge pertama berdiri pada tahun 2010 dan para miliarder pun banyak yang ikut bergabung. Nama lain yang ikut menjadi pledger termasuk Pangeran Alwaleed bin Talal, Michael Bloomberg, Vladimir Potanin, Mark Zuckerberg dan istri, serta yang terbaru yakni MacKenzie, mantan istri Jeff Bezos.