Program Desa Makmur, Cara Agar Warga Riau Tak Bergantung ke Sawit

Desa Makmur Peduli Api (DMPA) mengajak masyarakat beralih dari sawit ke komoditas lain.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 26 Jul 2019, 14:53 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2019, 14:53 WIB
Syafrizal mengembangkan bisnis budidaya ikan berkat program Desa Makmur Peduli Api (DMPA)
Syafrizal mengembangkan bisnis budidaya ikan berkat program Desa Makmur Peduli Api (DMPA). Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Liputan6.com, Perawang - Program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) digencarkan sejak 2016 di Riau agar masyarakat tak lagi ketergantungan pada bisnis sawit. Modal sebesar Rp 250 juta pun diberikan ke tiap desa agar mengembangkan berbagai potensinya.

Pada program ini, masyarakat didukung untuk mengelola lahan dengan metode agroforestri, yakni bercocok tanam hortikultura, tanaman pangan, peternakan, perikanan, dan olahan makanan. Ini sekaligus mendorong masyarakat agar tidak lagi membuka lahan dengan cara dibakar.

"Hampir semua produk yang di pasar itu kita tanam.Yang banyak rata-rata dulu punya sawit, cuman sama orang itu ditebang diganti hortikultura," ujar pengawas program DMPA, Miswanto, pada Kamis (26/7/2019) di Perawang, Riau.

Kegiatan DMPA dijalankan sejak 2016 oleh PT Arara Abadi, yaitu unit bisnis APP Sinar Mas di Riau. Kegiatan ini menyalurkan pendampingan dan modal Rp 250 juta ke desa-desa yang tersebar di kabupaten Siak, Bengkalis, Rokan Hulu, Indragiri Hiliar, Dumai, dan Pekanbaru.

Berbeda dengan sawit, bisnis hortikultura yang digencarkan dapat langsung dikonsumsi masyarakat sekaligus dijual. Sejauh ini sudah ada 186 dari 236 desa di Riau yang mendapatkan dana sebesar Rp 250 juta.

Penyaluran dana awalnya dilakukan secara sekaligus, tetapi kini dilakukan bertahap dengan pemberian Rp 120 juta di tahap awal. Berbeda dari dana desa, tiap desa hanya mendapatkan modal satu kali saja. Program ini pun akan terus berlanjut hingga tahun depan.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Ada Pengawasan

20160308-Ilustrasi-Kelapa-Sawit-iStockphoto
Ilustrasi Kelapa Sawit (iStockphoto)

Membahas sisi transpransi, program DMPA turut menyediakan tenaga pendamping. Bagi teknisnya, masing-masing desa memiliki aturan sendiri dalam pengelolaan modal sembari tetap dimonitor oleh pendamping.

"Memang dana itu tetap dihibahkan tapi kita pendamping. Pendamping itu mencatat pengeluaran orang itu hasilnya tiap bulan. Jadi kita monitor mana yang gagal, mana yang berhasil," ujar Miswanto.

Salah satu contoh kegiatan DMPA yang terbilang sukses adalah bisnis Syafrizal (59) di budidaya perikanan. Ia pun tidak lagi tertarik membuka lahan baru untuk sawit.

Miswanto mencontohkan dari 42 ribu bibit ikan, Syafrizal bisa menghasilkan 80 persen dari jumlah tersebut. Penghasilan bersih Syahfrizal pun bisa mencapai Rp 7 juta per bulan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya