Bandara Changi Mulai Jual Alkohol Bebas Pajak Secara Online

Bandara Changi menjual alkohol secara online, minat?

oleh Tommy K. Rony diperbarui 02 Agu 2019, 20:00 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2019, 20:00 WIB
Changi Airport
Changi Airport (Roslan RAHMAN / AFP)

Liputan6.com, Singapura - Ada kabar gembira bagi pecinta alkohol yang hobi membeli di Bandara Changi. Konsumen kini bisa membeli alkohol bebas GST (Goods and Service Tax) dan bebas bea masuk secara online di sebuah situs spesial.

Dilaporkan Business Insider, situs iShopChangiWines.com baru saja meluncur pada Selasa, 30 Juli 2019. Pihak Changi berkolaborasi dengan ritel DFS Group asal Hong Kong dalam menjual 140 tipe anggur, sampanye, dan sake.

Tiga minuman itu disebut sebagai jenis alkohol yang paling laris. Harga anggur mulai dari 25 dolar Singapura atau Rp 256 ribu, sementara harga sake mulai dari 30 dolar Singapura atau Rp 307 ribu (1 dolar Singapura = Rp 10.24).

Pengguna harus membuat akun dahulu di situs tersebut. Ada pula jasa pengiriman gratis jika membeli produk lebih dari 150 dolar Singapura (Rp 1,5 juta).

Mereka yang membeli di bawah nominal tersebut harus mengambil pembelian di Terminal 3 Arrival Hall di Changi. Maksimum pembelian adalah 30 liter alkohol.

Demi mencegah anak di bawah 18 tahun membeli alkohol, situs itu perlu informasi personal pembeli. Pembeli juga bisa memakai fitur connoisseur untuk mendapatkan rekomendasi produk yang sesuai selera.

Punya Kadar Alkohol 40 Persen, Pemprov NTT Resmi Luncurkan Miras Sophia

Miras Sophia
Pemprov NTT baru saja meluncurkan secara resmi miras Sophia dengan kadar alkohol mencapai 40 persen. (Liputan6.com/ Ola Keda)

 Pemprov NTT bekerjasama dengan Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang resmi meluncurkan minuman keras (miras) lokal khas Nusa Tenggara Timuryang diberi nama Sophia (sopi asli). Acara peluncuran itu bahkan digelar di kampus Undana, Rabu, 18 Juni 2019 kemarin.

Gubernur NTT, Viktor Laiskodat berterimakasih kepada Undana yang telah melakukan riset miras khas NTT yang akan bersaing dengan jenis alkohol daerah lain.

Ia mengatakan, tujuan utama pemberdayaan minuman lokal adalah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.

"Pengusaha akan beli langsung ke masyarakat dengan harga mahal dan akan diproses menjadi Sophia," ujarnya kepada Liputan6.com, Rabu 19 Juni 2019.

Sementara itu, Rektor Universitas Nusa Cendana, Frederik Benu mengatakan, peluncuran miras Sophia sebagai bentuk tanggungjawab universitas terhadap pembangunan NTT.

"Universitas punya tanggungjawab moril terhadap pembangunan di NTT. Tidak saja cerdas untuk diri sendiri tetapi harus jadi menara air yg menyejukan terhadap sosial kemasyarakatan," ujarnya.

Ia mengatakan, peluncuran Sophia merupakan komitmen rektor Undana yang telah melakuan MoU dengan Menteri Pendidikan untuk menghasilkan inovasi berupa produk komersial dengan difasilitasi pemprov NTT.

"Rencananya ada tiga jenis Sophia yang dihasilkan tetapi saat ini baru dua. Ini jadi momen bersejarah bagi NTT dan Undana," katanya.

 

Kadar 40 Persen

Miras Sophia
Penciptaan miras Sophia melalui proses riset yang memakan waktu lama dengan melibatkan empat profesor ahli dari Undana. (Liputan6.com/ Ola Keda)

Profesor Fred mengatakan, Undana bertugas menghasilkan produk yang berkualitas demi pembangunan di NTT. Terkait pemasaran, menjadi tugas pihak distributor atau swasta yakni PT NAM sesuai MoU.

"Pihak swasta harus siapkan izin, bea cukai hingga produk botol harus dipenuhi sebelum dikomersialkan," ungkapnya.

Sementara itu tim penelti Dr Dodi Kusuma mengatakan, Sophia yang diluncurkan merupakan hasil olahan minuman khas dari Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara.

Ia mengatakan, kadar alkohol yang tekandung dalam Sophia mencapai 35 hingga 40 persen.

Selain minuman asal Insana, timnya juga sudah mendatangkan minuman lokal dari daerah lain seperti arak Adonara, arak Aimere, dan sopi Pura Alor.

"Untuk keperluan adat juga sudah kami pikirkan ke depan. Hasilnya sesuai permintaan gubernur bahwa harus khas dan berbeda dengan jenis minuman lain," katanya.

Ia menambahkan, proses riset hingga pembuatan Sophia memerlukan waktu cukup lama dengan melibatkan empat profesor ahli dari Undana.

"Kalau proses keseluruhan dari awal memang agak lama, tetapi untuk menghasilkan satu botol palingan empat jam sudah jadi," pungkasnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya