Indef Harap BI Kembali Turunkan Suku Bunga Acuan

Momentum penurunan suku bunga acuan sejalan dengan arah kebijakan BI yang kini cenderung melonggar

oleh Bawono Yadika diperbarui 07 Agu 2019, 20:15 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2019, 20:15 WIB
Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad berharap Bank Indonesia (BI) dapat menurunkan kembali suku bunga acuan di sepanjang tahun ini.

Tauhid menilai, momentum penurunan suku bunga acuan sejalan dengan arah kebijakan BI yang kini cenderung melonggar. Selain itu, bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed juga sudah memangkas suku bunga acuan beberapa waktu lalu.

"Menurut saya, tak ada alasan lagi BI pertahankan suku bunga acuan di 5,75 bps. Saya kira harus turunkan lagi," tuturnya di Jakarta, Rabu (7/8/2019).

Pihaknya berujar, dengan arah kebijakan BI yang cenderung melonggar, laju investasi dan sektor ekspor diharapkan dapat ditingkatkan."Ini dalam rangka minimalisir investasi kita," ujarnya.

Kendati begitu, menurutnya BI harus menjaga pertumbuhan inflasi agar perbankan dapat ikut melonggarkan kebijakan melalui penurunan suku bunga mereka masing-masing.

"Bank mau ikut turunkan suku bunga kalau inflasi kita terjaga rendah. Karena bank juga butuh waktu untuk turun, 3-4 bulan baru dirasakan," paparnya

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Penurunan Bunga Acuan BI Harus Dibarengi Pemangkasan Perizinan

BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan 6 Persen
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo saat memberikan keterangan usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Kamis (21/2). BI kembali menahan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7RRR) di angka 6 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Mantan Menteri Keuangan RI, Chatib Basri mengatakan, penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) akan mendorong pertumbuhan laju investasi. Kendati begitu, pemerintah menurutnya harus memulai dengan mempermudah izin investasi di dalam negeri terlebih dahulu.

"Kalau tingkat bunga acuan turun, tentu investment harapannya akan naik, karenanya tentu yang juga harus dilakukan adalah proses investasinya harus mudah," tuturnya di Jakarta, Selasa (23/7/2019).

Chatib menjelaskan, momentum pelonggaran kebijakan BI ini harus diiringi upaya pemerintah dalam memangkas proses izin investasi yang panjang.

Pihaknya pun menyarankan agar kedepan pemerintah dapat mempermudah izin investasi untuk memantik mengoptimalkan laju investasi RI.

"Jadi ini mesti juga dibarengi dengan upaya seperti waktu Pak Presiden bicara di Sentul, bahwa itu investasi harus dipermudah, kalau bunganya turun, tapi dia untuk dapat ijinnya susah, ya nggak bisa invest juga," terangnya.  


BI Turunkan Suku Bunga Acuan Jadi 5,75 Persen

BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan 6 Persen
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo (tengah) bersama jajaran saat Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Kamis (21/2). BI kembali menahan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7RRR) di angka 6 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Juli 2019 Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan Bank Indonesia (BI) 7-day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan 25 basis poin (bps) pada angka 5,75 persen.

BI juga menahan suku bunga Deposit Facility pada angka 5 persen dan Lending Facility 6,5 persen.

"Rapat Dewan Gubernur BI pada 17-18 Juli 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day repo" ujar Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, di Kantor BI, Jakarta, pada Kamis 18 Juli 2019. 

Penurunan suku bunga menurutnya dilakukan sejalan dengan kondisi perekonomian global yang melambat. 

"Kebijakan ini sejalan dengan tetap rendahnya perkiraan inflasi kedepan dan perlunya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi ditengah pasar keuangan global yang menurun dan stabilitas ekonomi Indonesia yang terkendali," ujarnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya