Rupiah Kembali Melemah, Investor Amati Perkembangan AS-China

Rupiah hari ini diperkirakan akan bergerak di kisaran 14.130 per dolar AS hingga 14.200 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 08 Okt 2019, 11:00 WIB
Diterbitkan 08 Okt 2019, 11:00 WIB
Rupiah Tetap Berada di Zona Hijau
Teller menunjukkan mata uang dolar di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (10/1). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah berada di zona hijau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Selasa pekan ini. Investor masih memantau arah pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat dan China.

Mengutip Bloomberg, Selasa (8/10/2019), rupiah dibuka di angka 14.175 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.162 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.156 per dolar AS hingga 14.175 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,62 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.170 per dolar AS, melemah jika dibandigkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.156 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah diprediksi masih melanjutkan pelemahan. "Dalam perdagangan hari ini rupiah masih akan melemah karena tekanan dari eksternal masih cukup kuat," kata Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dikutip dari Antara.

Indeks dolar pada awal pekan menguat seiring memudarnya kekhawatiran resesi setelah data penciptaan lapangan kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll) periode September 2019 versi resmi yang diumumkan Pemerintah Amerika Serikat sebanyak 136.000 orang, di bawah ekspektasi 145.000 orang.

Namun, tingkat pengangguran untuk periode yang sama tercatat turun ke level 3,5 persen, dari yang sebelumnya 3,7 persen pada bulan Agustus. Tingkat pengangguran AS di level 3,5 persen tersebut merupakan yang terendah dalam 50 tahun terakhir.

Dari eksternal lainnya, investor tampaknya masih memantau arah pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat dan China.

Dari domestik, cadangan devisa September 2019 turun dari USD 126,4 miliar menjadi USD 124,3 miliar, level terendah sejak bulan Juni 2019. Data tersebut juga memengaruhi pergerakan rupiah. Ibrahim memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran 14.130 per dolar AS hingga 14.200 per dolar AS.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pemerintah Prediksi Rupiah Melemah ke 14.400 per Dolar AS di 2020

Rupiah-Melemah-Tipis-Atas-Dolar
Petugas Bank tengah menghitung uang rupiah di Bank BRI Syariah, Jakarta, Selasa (28/2). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan Selasa pekan ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, pemerintah memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan melemah pada tahun depan. Hal tersebut terjadi karena adanya gejolak ekonomi dunia.

Dalam pidato Nota Keuangan di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Jumat (16/8/2019), Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa target ekonomi masih akan tinggi, tetapi untuk nilai tukar rupiah akan melemah.

Ia menyebut target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 adalah 5,3 persen. Sumber pertumbuhan ekonomi tahun depan ditekankan pada sektor konsumsi. 

"Pertumbuhan ekonomi akan berada pada tingkat 5,3 persen dengan konsumsi dan investasi sebagai motor penggerak utamanya. Inflasi akan tetap dijaga rendah pada tingkat 3,1 persen untuk mendukung daya beli masyarakat," ujar dia.

Jokowi menyebut nilai tukar rupiah akan melemah menuju 14.400 per dolar AS. Ia menyebut hal itu diakibatkan kondisi ekonomi global yang volatile alias penuh ketidakpastian.

Meski sedang ada disrupsi dagang, Jokowi yakin Indonesia akan tetap menjadi primadona investasi. Pasalnya, Indonesia memiliki telah mendapatkan citra positif dan iklim investasi akan terus dijaga.

"Pemerintah yakin investasi terus mengalir ke dalam negeri, karena persepsi positif atas Indonesia dan perbaikan iklim investasi," ujar Jokowi.

 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya