Data Manufaktur AS Lesu, Rupiah Menguat ke 14.135 per Dolar AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.124 per dolar AS hingga 14.150 per dolar AS.

oleh Septian Deny diperbarui 04 Okt 2019, 11:30 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2019, 11:30 WIB
Rupiah Menguat di Level Rp14.264 per Dolar AS
Pekerja menunjukan mata uang Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (19/6/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sore ini Rabu (19/6) ditutup menguat sebesar Rp 14.269 per dolar AS atau menguat 56,0 poin (0,39 persen) dari penutupan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar )

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Jumat pekan ini. Tak hanya rupiah, sejumlah mata uang di kawasan Asia juga perkasa terhadap dolar AS.

Mengutip Bloomberg, Jumat (4/10/2019), rupiah dibuka di angka 14.150 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di angka 14.172 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.124 per dolar AS hingga 14.150 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,78 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.135 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.193 per dolar AS.

"Rupiah diperkirakan bergerak menguat tipis seiring pelemahan dolar terhadap mata uang lain di asia. Dollar index tercatat 98.8 menurun tipis dari level tertinggi diatas 99.2," ujar Pengamat Ekonomi Indef Bhima Yudhistira saat berbincang denga Liputan6.com di Jakarta, Jumat (4/10/2019).

Menurut dia, dari faktor eksternal dipengaruhi pelambatan rilis data sektor manufaktur AS sehingga investor kembali masuk ke negara berkembang.

"Kekhawatiran memburuknya ekonomi AS justru untungkan aliran dana asing jangka pendek," kata dia.

Sementara dari dalam negeri, ada sentimen positif dari upaya menteri perdagangan merevisi aturan yg menghambat ekspor. Tapi perlu diwaspadai prarilis pertumbuhan ekonomi kuartal III 2019 diperkirakan rupiah kembali terkoreksi.

"Ini karena eskpektasi pertmbuhan cenderung melambat karena instabilitas politik dan tekanan industri manufaktur," tanda dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Ekonomi AS Tumbuh, Rupiah Tertekan ke 14.197 per Dolar AS

Ilustrasi dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat, Jakarta, Kamis (23/10/2014) (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali bergerak melemah pada perdagangan Jumat ini.

Mengutip Bloomberg, Jumat (27/9/2019), rupiah dibuka di angka 14.188 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.165 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.188 per dolar AS hingga 14.197 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,38 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.197 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.162 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan melemah pasca rilis data pertumbuhan ekonomi AS.

"Perkembangan ekonomi AS masih terlihat solid dan belum menunjukkan potensi resesi yang kuat," kata ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih dikutip dari Antara.

Pengumuman ke-3 angka pertumbuhan ekonomi AS untuk triwulan II 2019 tercatat 2 persen (yoy), tidak berubah dari pengumuman ke-2 sebelumnya, namun melambat dibandingkan triwulan I 2019 yang tercatat 3,1 persen (yoy).

Perlambatan tersebut karena turunnya belanja konsumsi personal (personal consumption expenditure) dan ekspor.

Lana memperkirakan nilai tukar rupiah hari ini akan bergerak di kisaran 14.150 per dolar AS hingga 14.180 per dolar AS.

"Pagi ini mata uang kuat Asia dolar Hong Kong dan dolar Singapura dibuka melemah terhadap dolar AS, yang bisa menjadi sentimen pelemahan rupiah, tetapi kemungkinan rupiah justru akan menguat secara teknikal karena sudah melemah tiga hari berturut-turut," kata Lana.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya