Rupiah Menguat, Namun Potensi Pelemahan Terbuka Lebar

Bank Indonesia akan merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II 2019, Jumat ini.

oleh Arthur Gideon diperbarui 09 Agu 2019, 12:09 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2019, 12:09 WIB
20161109- Donald Trump Unggul Rupiah Terpuruk-Jakarta-Angga Yuniar
Rupiah pada saat istirahat siang ini tercatat melemah sebesar 162 poin atau turun tajam 1,24 persen ke kisaran Rp 13.246 per dolar AS, Jakarta, Rabu (9/11). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Jumat ini. Namun potensi pelemahan masih terbuka lebar.

Mengutip Bloomberg, Jumat (9/8/2019), rupiah dibika di angka 14.205 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.213 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.190 per dolar AS hingga 14.205 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,30 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Ferefensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.195 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.231 per dolar AS.

Rupiah bergerak menguat menjelang rilis data neraca pembayaran.

"Dalam transaksi hari Jumat rupiah akan diperdagangkan fluktuatif di level 14.175-14.240, tapi akan ditutup melemah tipis akibat dampak dari jeleknya data neraca pembayaran atau defisit transaksi berjalan," kata Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dikutip dari Antara.

Bank Indonesia akan merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II 2019, Jumat ini. Menurut Ibrahim, investor akan sangat mencermati data ini, terutama di pos transaksi berjalan.

BI memperkirakan defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) pada kuartal II-2019 lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya.

Ibrahim mengatakan ketika neraca transaksi berjalan defisit, apalagi semakin parah maka mata uang akan sangat tergantung kepada arus modal di pasar keuangan alias "hot money" yang bisa datang dan pergi sesuka hati.

Hal tersebut, lanjut Ibrahim, membuat nilai tukar rupiah lebih rentan berfluktuasi dan tidak stabil.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Menko Darmin Yakin Pelemahan Rupiah Cuma Sementara

Rupiah Stagnan Terhadap Dolar AS
Teller menunjukkan mata uang dolar AS di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Nilai tukar rupiah melemah ke posisi 14.212 per dolar AS pada Jumat lalu. Pada pembukaan perdagangan Jumat ini. Sepanjang perdagangan hari ini, rupuah bergerak di kisaran 14.179 per dolar AS.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pelemahan rupiah dipicu oleh pernyataan Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell, yang memberi sinyal tak lagi menurunkan suku bunga acuan. 

"Ini karena orang terpengaruh saja dengan orasi yang ini. Nanti juga dia balik lagi," ujar Darmin di Kantor Kementerian Koordintor Bidang Perekonomian, Jakarta, pada Jumat 2 Agustus 2019.

Darmin melanjutkan, pelemahan nilai tukar rupiah juga disebabkan oleh adanya rencana Amerika Serikat mengenakan tarif impor baru kepada China. Meski demikian, pengaruh pernyataan ini tidak terlalu besar.

"Saya lebih cenderung menganggap itu (Pernyataan Jerome Powell), karena kalau semuanya bilang itu adalah pengaruhnya the Ted. Tapi juga adalah pengaruhnya Amerika," jelasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya