Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah mengalami apresisi atau menguat terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Sepanjang Oktober 2019, rupiah mengalami apresiasi sebesar 1,18 persen.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebutkan penguatan rupiah tersebut sejalan dengan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia yang tetap baik.
"Pada Oktober 2019, rupiah mencatat apresiasi 1,18 persen secara point to point dibandingkan dengan level akhir September 2019," kata dia, di Gedung BI, Jakarta, Kamis (24/10).
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, sejak awal tahun 2019 atau year to date (ytd) rupiah tercatat telah menguat sebesar 2,50 persen.
Perry menjelaskan penguatan Rupiah didukung oleh aliran masuk modal asing yang tetap berlanjut dan bekerjanya mekanisme permintaan dan pasokan valas (valuta asing) dari para pelaku usaha.
Selain itu, ketidakpastian pasar keuangan global yang sedikit menurun turut memberikan sentimen positif terhadap rupiah.
"Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar rupiah tetap stabil sesuai dengan fundamentalnya dan mekanisme pasar yang terjaga," ujarnya.
Optimisme tersebut ditopang oleh prospek aliran masuk modal asing ke Indonesia yang tetap terjaga seiring dengan prospek ekonomi domestik yang baik dan imbal hasil yang menarik, serta dampak positif kebijakan moneter longgar di negara maju.
"Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik pasar uang maupun pasar valas," tutupnya.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Usai Pengumuman Kabinet, Rupiah Tumbang
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) baru saja melantik kementerian baru di pemerintahanya untuk periode 2019-2024.
Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) justru melemah pada perdagangan di pasar spot pagi hari ini.
Rupiah di pasar spot pukul 09.51 WIB melemah 0,09 persen ke level Rp14.052 dibandingkan posisi perdagangan sebelumnya.
Analis KGI Sekuritas Yuganur Wijanarko menilai pelemahan mata uang garuda bukan karena pelantikan menteri baru oleh Jokowi, melainkan imbas dari dolar Amerika Serikat (AS).
"Rupiah (melemah) karena efek USD menguat di currency lain hari ini," ungkapnya kepada Liputan6.com, Rabu (23/10/2019).
Di sisi lain, Analis PT Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan berpendapat terkoreksinya rupiah masih dalam rentang yang wajar.
"Saya rasa pergerakanya masih wajar kok. Justru pasar optimismenya sudah cukup terlihat dari 2 hari yang lalu ya pasca pelantikan presiden," kata dia.
Pihaknya pun menegaskan, investor saat ini masih akan mengamati sentimen internal yang akan terjadi di era Jokowi Jilid II beberapa hari mendatang.
"Saat ini investor lebih wait and see. Karena besok juga akan ada RDG Bank Indonesia membahas penetapan suku bunga," pungkasnya.
Advertisement