Wamenkeu Pastikan APBN Mampu Jaga Pertumbuhan Ekonomi di Angka 5 Persen

Menurut Wamenkeu, APBN adalah instrumen yang dipakai atau desain sebagai alat untuk kelola perekonomian.

oleh Bawono Yadika diperbarui 06 Nov 2019, 10:34 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2019, 10:34 WIB
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara di acara Indonesia Banking Expo (IBEX) 2019.
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara di acara Indonesia Banking Expo (IBEX) 2019.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terus memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan stabil di level 5 persen di tengah perlambatan ekonomi global.

Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara menuturkan, APBN salah satunya berfungsi untuk menyokong pertumbuhan Indonesia di tengah tren semakin menurunnya ekonomi dunia saat ini.

"APBN adalah instrumen yang dipakai atau desain sebagai alat untuk kelola perekonomian. Jadi bergantung pada situasi ekonomi seperti apa kita kelola kondisi ekonomi melalui APBN. Bukan APBN-nya yang menyesuaikan tapi kita menyesuaikan dengan situasi ekonomi," tuturnya di Fairmont Hotel, Jakarta Selatan, Rabu (6/11/2019).

Suahasil memaparkan, Indonesia terbilang kuat menopang tren pelemahan ekonomi dunia yang terjadi jika dibandingkan sejumlah negara maju lainnya di kancah global. Ambil contoh, Singapura dan Hong Kong telah terlebih dulu mengalami resesi imbas perlambatan ekonomi.

Dia melanjutkan, kebijakan fiskal RI akan bersifat counter-cyclical yakni kebijakan yang diarahkan pada fenomena ekonomi dunia yang berlaku saat ini, salah satunya seperti perlambatan ekonomi.

"Konstruksi APBN kita, kita arahkan terus agar bersifat counter-cyclical. Kita akan jaga pertumbuhan kita agar sustanaible atau bahkan ditingkatkan," jelasnya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Ekspor Terdampak

Neraca Ekspor Perdagangan di April Melemah
Sebuah kapal bersandar di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Penyebab kinerja ekspor sedikit melambat karena dipengaruhi penurunan aktivitas manufaktur dan mitra dagang utama, seperti AS, China, dan Jepang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kendati begitu, Suahasil tak menampik jalur perdagangan RI terdampak signifikan yakni lewat kegiatan ekspor Indonesia sebagai dampak dari perlambatan ekonomi global, terutama perang dagang AS-Tiongkok.

"Beberapa triwulan terakhir ekspor kita tertekan atau in practiced itu 0 persen artinya pertumbuhannya flat secara year on year (yoy). Ini menurut data BPS kemarin. Jadi jalur ini juga kita perhatikan dengan sangat serius," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya