Liputan6.com, Jakarta - PT Waskita Toll Road (WTR) bersama dengan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Kementerian PUPR, Kementerian Perhubungan, Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) melaksanakan aksi kampanye persuasif dengan tema 'Setuju' atau Selamat Sampai Tujuan. Aksi ini bertujuan untuk mendukung tahun dekade aksi keselamatan di jalan tol.
Direktur Utama PT Waskita Toll Road, Herwidiakto menjelaskan dalam aksi kampanye Setuju mengangkat lima poin utama. Diantaranya adalah setuju bahwa keselamatan adalah nomor satu, setuju untuk turunkan fatalitas kecelakaan di jalan tol, Setuju tertib kecepatan di jalan tol, setuju berkendara di jalan tol dan setuju untuk tertib over dimensi menuju zero overload di jalan tol.
"Diharapkan dengan tertibnya pengguna jalan tol atas 5 poin ini angka kecelakaan dan fatalitas dapat ditekan lagi serta kerusakan jalan akibat over load juga dapat ditekan, dan presentase kecelakaan akibat kerusakan jalan juga berkurang," jelas dia dalam acara aksi keselamatan jalan tol di Cirebon, Jawa Barat, Senin (24/1/2020).
Advertisement
Saat ini, PT Waskita Toll Road (WTR) memiliki total 16 ruas tol yang tersebar di Jabodetabek, Pulau Jawa dan Sumatra dengan total panjang ruas 820,25 km. Di mana sembilan ruas tol sudah beroperasi dengan total panjang 329,25 km dan sebagian lainnya ditargetkan untuk beroperasi pada tahun 2020.
Dari 9 ruas tol WTR yang telah beroperasi, pelaksanaan penertiban Over Dimension Over Load (ODOL) sebelumnya sudah pernah dilakukan di dua ruas tol yaitu SMR (Kanci-Pejagan) pada tanggal 28 dan 29 Agustus 2019 dan PPTR (Pejagan-Pemalang) pada tanggal 23 Oktober 2018.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Cegah Truk ODOL
Sekjen Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) Kris Ade Sudiono menambahkan, dalam kampanye aksi keselamatan terdapat tiga motif dasar terhadap kendaraan dengan ukuran kelebihan muatan atau Odol. Salah satunya adalah ada rasa keadilan terhadap masyarakat yang terusik.
Dia mengatakan, kehadiran kendaraan Odol kerap mempengaruhi pengguna jalan tol lainnya. Sebab, kendaraan Odol memacu kendaraannya lebih pelan sehingga mengakibatkan kendaraan lain tersendat.
"Karena berjalan lambat pengguna lain sama sama jadi pelanggan jalan tol kita terlambat karena kecepatannya, ini rasa keadilan pengguna jalan tol lain. Itu unsur pertama karena femomema Odol," kata dia.
Kemudian motif kedua terhadap kendaraan Odol ini yaitu fatalism cukup tinggi. Beberapa nyawa kerap melayang akibat adanya kendaraan Odol. Sedangkan motif terkahir yakni masalah keekonomian. "Berapa rupiah harus disipakan untuk perbaiki kondosi jalan tol kita akibat Odol," tandasnya
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement