Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha menganggap adanya aksi borong bahan pokok karena adanya ketakutan akan habis atau bisa disebut dengan panic buying hal yang wajar. Langkah borong bahan pokok ini dilakukan untuk menyiapkan persediaan  jika nantinya terjadi kelangkaan.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta W Kamdani menilai, fenomena panic buying yang terjadi pada di Indonesia merupakan hal yang wajar. Aksi panic buying sendiri terjadi pasca presiden Jokowi mengumumkan dua WNI dinyatakan positif terjangkit virus Corona.
"Panic buying terjadi disebabkan oleh cepatnya penyabaran wabah virus Covid-19 yang melanda berbagai negara di dunia," tegas dia di Universitas Trisakti, Jakarta, Rabu (4/3/2020).
Advertisement
Baca Juga
Namun, kata Shinta terpenting saat ini adalah bagaimana pemerintah merespons melalui upaya penanganan. Agar aksi panic buying tidak kembali terjadi di dalam negeri. "Sebenarnya kalau masalah sekarang mengenai covid 19 ini kan penanganan oleh pemerintah," kata dia.
Tidak hanya berupa penanganan medis terhadap virus ini, namun juga dampak terhadap perekonomian nasional. Terlebih, sektor industri pariwisata di Tanah Air ikut tertekan akibat virus Corona. Di mana wisatawan asing banyak yang melakukan penundaan kunjungan ke Indonesia.
"Karna suplai bahan baku sudah sangat sulit juga sudah masuk kepariwisata juga berat. Kita harapkan pemerintah bisa lebih memberikan insentif insentif yang ada," ungkap Shinta.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Aprindo Pastikan Stok Barang di Toko Ritel Sudah Terisi Pasca Panic Buying
Pasca pengumuman dua warga Depok, Jawa Barat dinyatakan positif terpapar virus corona, masyarakat langsung menyerbu supermarket. Mereka berbondong-bondong membeli bahan makanan dalam jumlah besar.
Fenomena panic buying ini membuat stok barang kebutuhan sehari-hari ludes di sejumlah ritel di Jakarta dan Surabaya.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Roy Mandey mengatakan stok barang yang ludes dibeli warga kemarin sudah diisi kembali. Pihaknya sudah langsung menghubungi penyuplai dan pabrik-pabrik untuk mengisi kekosongan barang.
Bahkan, pihaknya meminta diisi lebih banyak mengingat permintaan masyarakat jadi lebih tinggi.
"Ada penambahan stok tentunya, hanya beberapa produk saja," kata Roy di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (3/3).
Roy memperkirakan, saat terjadi panic buying, terjadi peningkatan penjualan di ritel 10-15 persen dari biasanya. Bahan pokok yang banyak dibeli masyarakat saat panic buying yaitu beras dan minyak goreng kemasan.
Namun dia, saat ini dia produk tersebut sudah kembali normal persediaannya. Selain itu, masker juga ludes dibeli masyarakat. Dia memastikan harga masker yang dijual kemarin tetap normal.
Hanya saja dia tidak mengetahui persis berapa banyak stok masker yang dijual ritel.
"Terjadi pengurangan tapi pabrik tetpa memproduksi dan kita akan membeli dengan segala sourcing," kata Roy.
Advertisement