Liputan6.com, Jakarta Wabah virus corona ( Covid-19) yang bermunculan di berbagai belahan dunia telah memicu kekhawatiran akan kekurangan obat-obatan, tak terkecuali di Indonesia. Pasalnya, pasokan farmasi terbesar Indonesia berasal dari China yang mencapai 60 persen.
Kendati demikian, kekhawatiran tersebut tidak berlangsung lama lantaran China saat ini sudah memulai kembali kegiatan bisnis mereka, sehingga arus perdagangan khususnya untuk industri farmasi dapat kembali berjalan.
Baca Juga
"Awalnya memang kita agak khawatir, artinya Januari dan Februari ya. Tapi setelah Kita lihat progress dua minggu terakhir, kita lihat, kita juga monitor bahwa sebagian besar pabrik di China udah mulai operasi lagi," beber Direktur Utama PT Kalbe Farma (Tbk), Vidjongtius di Kawasan Industri Delta Sillicon Lippo, Cikarang, Bekasi pada Rabu (11/03/2020).
Advertisement
"Memang kalau dulu di awal Februari mereka tutup semua, makanya kita was-was. Tapi terakhir kita lihat mereka sudah mulai kembali operasional walaupun nggak 100 persen. Tapi yang penting mereka sudah mulai produksi Dan shipmentnya udah mulai terjadi," imbuhnya.
Terkait dengan persediaan yang ada selama Covid-19, Vidjongtius menjelaskan masih cukup untuk 10 hingga 11 bulan mendatang. Berbeda dengan biasanya yang mencadangkan persediaan untuk kurang lebih 6 - 7 bulan.
"Makanya tadi saya laporkan kepada Pak Menteri bahwa jumlah persediaan Kita untuk obat itu sekitar 10 -11 bulan. Semua mulai dari bahan baku, barang setengah jadinya berapa, barang jadinya berapa, barang yang ada di outlet berapa," jelasnya usai kunjungan kerja Kementerian Perindustrian di PT. Kalbio Global Medika, Cikarang, Bekasi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Stok Obat-obatan Masih Aman hingga April 2020
Ketua Komite Perdagangan dan Industri Bahan Baku Farmasi GP Farmasi, Vincent Harijanto, memastikan bahwa stok obat-obatan di Indonesia masih tetap tersedia hingga April 2020. Oleh karenanya, ia mengimbau masyarakat tak perlu khawatir di tengah terjangan wabah virus corona.
"Kita tidak perlu panik. Stok obat sebenarnya saat ini masih bisa sampai Maret dan April. Untuk slow moving item bahkan bisa bertahan sampai Juni dan Juli," ujar Vincent di Jakarta, Rabu (11/3/2020).
Vincent mengatakan, stok bahan baku obat di Indonesia sebenarnya masih sangat bergantung pada kiriman impor negara luar, yakni sebesar 95 persen. Dimana China dan India menjadi negara pengimpor terbesar.
"Dulu kita masih banyak impor dari Eropa. Sekarang Eropa tersisa sekitar 10-15 persen. Artinya 85 persen dari bahan baku impor dari China dan India. Kedua negara itu kisarannya 60:40. Dari China mungkin sekitar 60 persen, India 40 (persen)," jelasnya.
Dia menyatakan, gangguan suplai obat-obatan dari China sebenarnya rutin terjadi tiap hari raya Imlek. Dari kasus itu, ia meyakinkan bahwa pihak pengusaha obat telah belajar kasus tersebut.
"Sebenarnya dari tahun-tahun sebelumnya selama liburan Imlek ini event yang sangat menghambat supply dan produksi bahan baku. Imlek akhir Januari. Itu masalah biasa terjadi dari tahun ke tahun. Sudah diantisipasi," ungkap dia.
"Kebetulan datanglah si corona ini. Terpaksa musti berhenti lagi, baik (impor) yang masuk maupun produksi di pabrik. Cuman kita harus optimis, karena setelah kami cek mereka (China) sudah star untuk masuk kantor dan star produksi," tandasnya.
Advertisement