Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Virus Corona tak hanya beresiko terhadap orang-orang mampu yang suka melancong ke luar negeri. Terus meluasnya penyebaran COVID-19 ini menjadi masyarakat miskin menjadi salah satu kategori yang paling rentan terdampak virus corona.
Ekonom World Bank Vivi Alatas menjelaskan pemahaman kalangan ini akan menjaga jarak atau Social Distancing diklaim masih rendah. Apalagi profesi mereka yang mengharuskan keluar rumah menjadi salah satu faktor pendukungnya.
Untuk itu, Vivi berharap tidak hanya pemerintah dan BUMN, pihaknya ingin swasta ikut melakukan edukasi dan sosialisasi mengenai bagaimana pencegahan virus corona bagi masyarakat miskin.
Advertisement
“Kelompok masyarakat miskin butuh tahu tentang apa yang sebaiknya dilakukan, baik tentang sosial distancing, dengan cara menaikkan stamina dan imun tubuh, apa yang harus dilakukan dalam berbagai kondisi kesehatan, kapan harus ke rumah sakit, dan sebagainya. Transparansi dan penyebaran informasi sangat penting dan butuh juga dipastikan bahwa orang-orang itu juga tahu tentang hal ini,” ujarnya di Jakarta, Senin (23/3/2020).
Jika wabah Virus Corona ini tak segera teratasi, Vivi meyakini angka kemiskinan Indonesia bisa bertambah cukup signifikan. Untuk itu kerjasama dan koordinasi semua pihak dalam mengatasi virus ini dinilai menjadi salah satu kuncinya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pertumbuhan Ekonomi RI Bisa Nol Persen Jika Pandemi Corona Lebih dari 3 Bulan
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani membeberkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 2,5 persen bahkan sampai 0 persen jika pandemi covid-19 masih akan berlangsung lebih dari 3 bulan.
Hal tersebut diungkapkannya dalam video-konverensi usai ratas bersama Presiden dengan tema Kebijakan Fiskal & Moneter utk Penanganan Dampak Covid-19 pada Jumat (20/3/2020).
"Namun apabila masalahnya menjadi jauh lebih berat, seperti tadi durasi dari covid-19nya bisa lebih dari 3 hingga 6 bulan, dan kemungkinan terjadinya lockdown, serta tadi perdagangan internasional bisa drop di bawah 30 persen sampai dengan tadi beberapa penerbangan yang mengalami drop hingga sampai 75 persen sehingga 100 persen, maka skenarionya bisa menjadi lebih dalam. Pertumbuhan ekonominya bisa mecapai di antara 2,5 persen bahkan sampai ke 0 persen," kata dia.
Sebelumnya, Sri Mulyani mengatakan Kementerian Keuangan telah membuat beberapa skenario terkait penanganan dampak covid-19 baik jangka pendek maupun panjangnya. Mulai dari pedagangan internasional, penerbangan dan hotel, kinsumsi rumah tangga, hingga kesehatan.
"Katakanlah kalau skenarionya, durasi covid-19nya (berlangsung) berapa lama, berapa bulan. Dan kalau kemungkinan terjadinya, pergerakan (orang-orang)yang dipersempit atau bahkan sampai terjadi lockdown, juga kami membuat skenario, seperti kalau perdagangan internasional seperti volume perdagangan dengan RRT (Republik Rakyat Tiongkok), dengan negara-negara lain, penerbangan dan hotel, serta konsumsi rumah tangga terutama untuk konsumsi barang-barang kebutuhan pokok maupun kebutuhan kesehatan," jelas dia.
"Juga kemungkinan terjadinya disterupsi di jumlah tenaga kerja. Seperti terjadinya PHK atau terjadinya peliburan, atau terjadinya pengurangan tenaga kerja," tutur dia.
Oleh karena itu, Sri Mulyani menambahkan saat ini pihaknya tengah melakukan persiapan berdasarkan kontigensi dari kemungkinan tersebut.
"Bapak Presiden meminta kita membuat skenario itu untuk disiapkan," tandasnya.
Advertisement