Sri Mulyani: Kerugian Dunia Akibat Corona Setara Gabungan Ekonomi Jepang dan Jerman

Tekanan ekonomi yang dialami berbagai kawasan pusat ekonomi dunia merupakan yang terbesar sejak global financial crisis.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Apr 2020, 15:11 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2020, 15:11 WIB
Sri Mulyani Mencatat, Defisit APBN pada Januari 2019 Capai Rp 45,8 T
Menteri Keuangan Sri Mulyani. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Wabah virus corona berhasil membuat laju pertumbuhan ekonomi dunia sempoyongan sejak awal tahun 2020. Bahkan tak sedikit analis yang meramalkan kerugian ekonomi global akibat wabah ini melampaui Perang Dunia II.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kerugian ekonomi global akibat wabah virus corona setara dengan gabungan ekonomi Jerman dan Jepang atau senilai USD 9 triliun.

"Jadi dalam hal ini tidak ada pertanyaan lagi apakah covid-19 ini memiliki dampak dahsyat ke ekonomi dunia. Sudah terbukti," tegas Sri Mulyani dalam rapat virtual bersama Komisi XI DPR RI, Kamis (30/4).

Dia menjelaskan tekanan ekonomi yang dialami berbagai kawasan pusat ekonomi dunia merupakan yang terbesar sejak global financial crisis.

Bahkan, negara adidaya Amerika Serikat (AS) yang mengklaim angka pengangguran bertambah hingga 26 juta jiwa hanya dalam kurun waktu lima minggu terakhir. Selain itu, kinerja sektor retail juga anjlok -6,2 persen atau terendah sejak tahun 2009.

Hal serupa juga dialami Eropa, seperti Jerman yang merupakan negara ekonomi utama di benua biru mengalami pertumbuhan ekonomi terendah dikuartal pertama tahun ini seperti yang dilaporkan Bussiness Confidence. Pun, Inggris dibuat tak berkutik setelah sektor retail karena mengalami kerugian hingga -5,8 persen atau rekor terburuk di negeri kekuasaan ratu Elizabeth.

"Seperti indeks PMI manufaktur dan jasa di Eropa mengalami kontraksi hingga dilevel terendah sejak 2009," imbuh dia.

 

Reporter: Sulaeman

Sumber; Merdeka.com

 

Asia

Sri Mulyani menambahkan, Benua Asia juga mengalami kerugian besar setelah PDB China dilaporkan - 6,8 persen atau menjadi yang terendah sejak 1992. Begitupun Jepang pada bulan April ini sektor manufaktur dan jasanya mengalami kontraksi ke level terendah sejak 1992.

Selain itu, keganasan wabah virus corona juga sukses membuat harga minyak global anjlok -70 persen. Sehingga membuat negara penghasil minyak menjadi was-was setelah harga minya jatuh ke titik terendah.

"Fokus sekarang kita mitigasi dampaknya. Sebab kita tidak tahu kapan berakhir," tandasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya