Kementan Dorong Diversifikasi Tanaman Demi Tingkatkan Produksi Pangan

Para petani dituntut kreatif dalam meningkatkan produksinya ditengah pandemi Covid-19

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 01 Mei 2020, 14:30 WIB
Diterbitkan 01 Mei 2020, 14:30 WIB
Mengenal dan Mengendalikan Hama Tanaman Tembakau Memanfaatkan Teknologi Digital
Para petani tembakau di lahan perkebunan mereka di Desa Jatiguwi, Kabupaten Malang (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Jakarta - Ditengah kondisi penyebaran Covid-19 yang semakin memprihatinkan, kebutuhan pangan maupun produk pertanian khususnya di Indonesia saat ini menjadi sorotan.

Dampak dari pendemi Covid-19 dikhawatirkan akan terjadi penurunan produksi pertanian termasuk komoditas perkebunan. Namun hal tersebut, tak membuat Kementerian Pertanian maupun petani/pekebun menurunkan semangatnya.

Selain menjaga kesehatan tentunya, pekebun dituntut kreatif dalam mengembangkan atau mengoptimalkan pemanfaatan lahannya demi pemenuhan kebutuhan hidup, melalui diversifikasi tanaman.

“Diversifikasi tanaman pertanian merupakan salah satu alternatif solusi untuk mengatasi masalah pemenuhan/penyediaan kebutuhan pangan saat ini. Sekarang, hampir semua daerah di Indonesia menggalakkan program diversifikasi tanaman guna meningkatkan produksi pertanian,” kata Direktur Jenderal Perkebunan Kasdi Subagyono dalam keterangannya, Jumat (1/5/2020).

Dia menjelaskan, kegiatan usaha perkebunan yang hakekatnya merupakan perkebunan rakyat, dilaksanakan pada sumberdaya lahan kering, dengan konsep monokultur.

Pada lahan kering, berbagai tanaman pangan dapat dikembangkan lebih banyak dibandingkan dengan lahan basah. Hal ini berarti bahwa kegiatan usaha perkebunan sebagai usaha monokultur dapat ditingkatkan.

"Pengembangan perkebunan dengan mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang salah satunya dapat ditempuh dengan mode polikultur. Hal ini selaras dengan pola penanaman jambu mede yang dilakukan oleh petani di Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara yang melakukan pola tumpang sari antara tanaman porang dengan jambu mede," jelasnya.

 


Harg Relatif Mahal

Liputan 6 default 2
Ilustraasi foto Liputan6

Harga gelondong atau kacang medenya yang relatif mahal menjadikan komoditas tersebut mempunyai kontribusi cukup besar terhadap pendapatan petani di wilayah sekitar.

Begitu juga hal nya dengan tanaman porang yang memiliki banyak manfaat diantaranya sebagai bahan campuran untuk industri, obat-obatan, makanan, dan lain-lain.

“Pola tumpang sari ini sangat baik untuk dilakukan, dimana pada saat petani melakukan pengembangan (peremajaan/perluasan/ intensifikasi/rehabilitasi) tanaman jambu mede, tanaman porang akan memberikan pendapatan bagi petani, sambil menunggu tanaman utama (jambu mede) menghasilkan,” katanya.

Kasdi menambahkan, pola tumpang sari ini juga secara langsung dapat meningkatkan produktivitas tanaman jambu mede, dikarenakan petani akan lebih sering ke kebunnya dalam melakukan pemeliharaan (pemupukan, penyiangan, dll) tanaman porang, sehingga secara tidak langsung tanaman jambu mete akan ikut terpelihara.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya