Pemerintah Diminta Gelontorkan Stimulus Berbasis Kerakyatan

Pemerintah telah menggelontorkan total anggaran senilai Rp 405,1 triliun sebagai stimulus untuk memerangi penyebaran virus corona

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 12 Mei 2020, 13:20 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2020, 13:20 WIB
Sosialisasi Virus Corona di Stasiun Sudirman
Seorang pengguna KRL menjalani pemeriksaan kesehatan di Stasiun Sudirman, Jakarta, Selasa (4/2/2020). PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) melakukan sosialisasi tentang pencegahan penyebaran virus corona sambil membagikan masker secara gratis kepada penumpang. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah telah menggelontorkan total anggaran senilai Rp 405,1 triliun sebagai stimulus untuk memerangi penyebaran virus corona (Covid-19).

Dari jumlah tersebut, sebesar Rp 75 triliun dialokasikan untuk belanja bidang kesehatan, Rp 110 triliun untuk perlindungan sosial, Rp 70,1 triliun untuk insentif perpajakan dan stimulus Kredit Usaha Rakyat (KUR), serta Rp 150 triliun untuk pembiayaan program pemulihan ekonomi nasional.

Namun, Pengusaha Tanri Abeng menilai upaya tersebut belum akan menolong pemantapan ketahanan ekonomi untuk jangka panjang. Sebab menurutnya, ketahanan ekonomi jangka panjang bersumber daripada produksi.

Oleh karenanya, ia mendorong pemerintah memberikan stimulus bagi sektor-sektor kerakyatan untuk memastikan ketahanan ekonomi negara pasca pandemi usai.

"Saya mengusulkan, bahwa sebenarnya stimulus yang paling tepat adalah gerakan sektor-sektor ekonomi yang basisnya di rakyat. Sektor perkebunan, sektor kelautan, sektor pertanian," kata Tanri Abeng dalam sesi webinar bersama Indef, Selasa (12/5/2020).

Dia menambahkan, pemberian stimulus untuk sektor-sektor tersebut juga akan bermanfaat lantaran risiko terdampak virus corona juga paling rendah dibandingkan dengan di industri.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kepastian Data

Penumpang MRT Jakarta
Sejumlah penumpang menggunakan masker saat antre memasuki kereta Mass Rapid Transit (MRT) di Stasiun Bundaran HI Jakarta, Selasa (3/3/2020). Penumpang dengan gejala demam tinggi dilarang masuk dan menggunakan MRT sebagai upaya pencegahan penyebaran virus corona Covid 19. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Lebih lanjut, Tanri Abeng juga menekankan pentingnya kepastian data untuk menyalurkan stimulus agar tepat sasaran. Dia mau penyaluran bantuan benar-benar bisa menjaga perekonomian di tengah pandemi Covid-19.

"Kalau stimulus untuk pelaku ekonomi, itu harus ada data mengenai kondisi pelaku ekonomi. Pelaku ekonomi kita kan ada usaha besar, usaha menengah, BUMN, nah itu musti ada datanya dulu," tegas dia.

"Karena begini, kalau membuat stimulus secara umum saja itu mungkin tidak tepat. Yang sekarang kan stimulus itu bagi-bagi duit misalnya. Itu menolong, karena akan menaikan konsumsi. Konsumsi naik berarti 50 persen PDB kita kan dari konsumsi, itu menolong," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya