Dahlan Iskan: Rakyat Harus Tahu Alasan Harga BBM Tak Turun

Pemerintah tidak boleh mengalokasikan uang hasil penjualan BBM untuk meningkatkan belanja impor.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Mei 2020, 20:20 WIB
Diterbitkan 18 Mei 2020, 20:20 WIB
Dahlan Iskan Jadi Saksi Kasus Korupsi Mobil Listrik
Dahlan Iskan memberikan keterangan pers usai menjalani pemeriksaan di Kejaksaan Agung, Jakarta, Rabu (17/6/2015). Dahlan diperiksa sebagai saksi kasus dugaan korupsi pengadaan 16 mobil listrik di 3 perusahaan milik BUMN. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) angkat suara mengenai keputusan pemerintah belum juga menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) padahal harga minyak dunia terus turun. Menurutnya, jika harga minyak belum juga diturunkan maka rakyat harus tahu tujuan hasil penjualan BBM.

"Dalam hati kecil saya baik saja harga minyak tidak turun asal rakyat diberitahu harga minyak harusnya sekian sengaja kita tidak turun karena pembeli minyak adalah yang punya motor apalagi punya mobil. Nah uang dari anda ini akan kita gunakan untuk ini, ini dan ini," ujarnya melalui Video Conference, Jakarta, Senin (18/5/2020).

Dahlan Iskan mengatakan, kebijakan menahan penurunan harga BBM harus disampaikan secara transparan sehingga masyarakat tidak gelisah membandingkan kondisi dalam negeri dengan negara lain. Apalagi tujuan dari perusahaan BUMN adalah untuk mensejahterakan masyarakat.

"Untuk apa ini harus transparan orang mampu beli minyak meski dengan harga yang sekarang ini. Ada yang punya banyak mobil tetap membeli minyak. Maka uang nya harus digeser ke yang miskin kemudian bisa menimbulkan daya beli mereka," paparnya.

Dia menambahkan, pemerintah juga tidak boleh mengalokasikan uang hasil penjualan BBM untuk meningkatkan belanja impor. Sebab, sama saja tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian dalam negeri.

"Masalahnya adalah hasilnya untuk apa? kalau untuk membeli barang impor menurut saya sangat tidak baik. Maka sebaiknya kalau tidak diturunkan dan rakyat tidak marah maka ini untuk apa? tidak boleh untuk impor karena ini justru kebalikan nanti," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Pengamat Energi: Harga BBM di Indonesia Termasuk yang Termurah di ASEAN

Tahun Ini, Pemerintah Targetkan BBM Satu Harga di 83 Titik
Pemilik kendaraan melakukan pengisian baham bakar minyak (BBM) di SPBU, Jakarta, Rabu (5/2/2020). Pemerintah mencanangkan pembangunan BBM Satu Harga di 83 titik di Indonesia pada tahun 2020. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Pengamat Energi sekaligus Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan, mengatakan bahwa harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Indonesia dengan negara lain tidak bisa dibandingkan. Alasannya, kondisi geografis Indonesia dengan negara lain sangat jauh berbeda.

“Dilihat dari infrastruktur penyaluran BBM saja sudah beda dan panjang sekali untuk di Indonesia, karena kita adalah negara kepulauan dan semua wilayah terutama yang masuk ke 3T (Terdepan, Terpencil dan Tertinggal) harus tetap mendapatkan BBM,” kata Mamit dalam keterangannya kepada Liputan6.com, Senin (11/5/2020).

Meskipun demikian, dia sampaikan juga bahwa harga BBM di Indonesia bukan yang paling mahal di ASEAN. Justru harga BBM di Indonesia termasuk salah satu yang termurah. Harga BBM di Indonesia lebih murah dibanding Thailand, Filipina dan Singapura berdasarkan data dari globalpetrol.com.

Menurutnya, kenaikan harga minyak dunia ini merupakan kabar baik bagi industri migas nasional terutama di sektor Hulu. Kenaikan ini setidaknya memberikan harapan bagi industri Hulu migas nasional terkait dengan investasi mereka.

“Kegiatan pengeboran baik eksplorasi maupun pengembangan bisa berjalan kembali dengan demikian produksi migas kita bisa terjaga dan akhirnya PNBP sektor migas bisa terjaga,” ujarnya.

Lanjut Mamit, efek dari menurunnya PNBP sektor migas bisa sangat berpengaruh terhadap APBN kita dimana Migas menyumbang di atas 50 persen untuk PNBP sektor energy, kenaikan harga ini setidaknya bisa menjaga target investasi di sektor migas sebesar USD 13,8 miliar tidak terlalu anjlok dan kekhawatiran akan terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

”Meskipun target investasi migas saya yakin tidak akan tercapai karena harga minyak masih di bawah yang diharapkan tapi setidaknya kegiatan di sektor hulu masih tetap berjalan dengan berbagai effisiensi yang dilakukan,” pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya