Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, pemerintah akan fokus mengembangkan kawasan produsen pangan dengan mencetak sawah baru atau food estate di daerah endapan (aluvial) yang berada di Kalimantan Tengah (Kalteng).
Dia menyampaikan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya memutuskan untuk memilih tiga lokasi alternatif kawasan food estate, yakni Sumatera Selatan, Merauke, dan Kalimantan Tengah.
Baca Juga
"Kemudian diputuskan untuk dipilih di Kalimantan Tengah di eks lahan gambut. Tapi ini yang tidak ada gambutnya, ini adalah aluvial," kata Basuki saat menggelar rapat bersama Komisi V DPR RI di Jakarta, Rabu (24/6/2020).
Advertisement
Menurut pemaparannya, terdapat sekitar 165 ribu ha lahan aluvial di pinggiran Sungai Barito, dengan potensi wilayahnya sekitar 295.500 ha. Namun yang sudah dicetak sawah dan memiliki jaringan irigasi seluas 165 ribu ha.
Dari 165 ribu ha tersebut, ada sekitar 85.500 ha fungsional yang telah diolah oleh petani setiap tahunnya. Dari 85.500 ha, ada sekitar 57 ribu ha lahan yang sudah dipelihara Kementerian PUPR setiap tahunnya.
Â
Â
Jaringan Irigasi
Catatan lainnya, Basuki menyoroti beberapa kendala dalam menjadikan Kalteng sebagai food estate, salah satunya seputar kondisi jaringan irigasi yang bermasalah. Pada lahan seluas 57 ribu ha, kondisi irigasi yang baik hanya untuk 28.300 ha, sehingga hasil produksinya cuman sekitar 1,7-2,9 ton per ha saja.
"Tiga hal yang menjadi masalah, satu irigasinya karena airnya tidak mengalir, sehingga zat besinya itu kepermukaan, berwarna merah kekuningan. Kemudian pupuk, karena dia tidak mengalir airnya menggenang jadi pupuknya tidak efektif," paparnya.
"Ketiga sering banjir karena memang daerah rawa, tidak dipelihara airnya meluap," tegas Menteri Basuki.
Â
Advertisement
Kapuas
Basuki lantas membandingkannya dengan kondisi lahan di Palingkau, Kabupaten Kapuas, Kalteng yang telah sukses ditanami padi lokal. Dia mengutarakan, jaringan irigasi pada daerah tersebut seluruhnya tergenang, sehingga hasil produksinya bisa mencapai 1,9-2,9 ton per ha.
"Ini tinggal direhabilitasi sedikit dengan pupuk. Dia bisa naik 1 ha, naik 2 ton saja bisa dapat 300 sekian ribu ha dengan harga dan cost yang lebih murah daripada buka baru," pungkas Menteri Basuki.