Pastikan Pajak UMKM Dihapus, Menteri Teten Kunjungi Demak, Pati dan Rembang

Program PEN untuk UMKM berupa relaksasi pembiayaan, penghapusan pajak, hingga kredit pemberian modal kerja.

oleh Tira Santia diperbarui 05 Jul 2020, 13:17 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2020, 12:40 WIB
Teten Masduki
Kementerian Koperasi dan UKM sejak awal membuka kerja sama seluas-luasnya dengan berbagai pihak dengan prinsip transparan, akuntabel, dan semata-mata demi memajukan koperasi dan UMKM di Tanah Air.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam rangka memastikan program pemulihan ekonomi nasional (PEN) berjalan lancar, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki terjun langsung ke wilayah Demak, Pati dan Rembang, Jawa Tengah. Program PEN ini berupa relaksasi pembiayaan untuk UMKM, penghapusan pajak UMKM hingga pemberian modal kerja untuk UMKM.

Teten mengatakan, penyerapan program pemulihan ekonomi sektor koperasi dan UKM harus berjalan lancar. Program itu adalah relaksasi pembiayaan, penghapusan pajak bagi UMKM serta dana untuk membantu modal kerja UMKM.

"Kita hari ini fokus untuk memastikan program pemulihan ekonomi itu berjalan. Pertama relaksasi pembiayaan, kedua penghapusan pajak untuk UMKM dan ketiga dana untuk membantu modal kerja UMKM penerapannya berjalan. Itu kenapa saya ingin keliling," kata Teten dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (6/7/2020).

Ia juga menyerahkan secara simbolis restrukturisasi pembiayaan LPDB-KUKM kepada Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Baitul Malwa Tamwil Bina Ummat Sejahtera (KSPPS BMT BUS) Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Lebih lanjut Teten menjelaskan, bahwa BMT Bus merupakan koperasi modern dan ada di 7 propinsi. Bahkan telah menjadi pelaksana pembayaran lembag besar seperri universitas Lamongan. Untuk itu, pihaknya berharap BMT BUS bisa "naik kelas" menjadi lembaga koperasi yang besar.

"Sehingga pemerintah sangat terbantu menyalurkan pembiayaan untuk UMKM yang lebih mudah dan lebih murah. Dan kita tahu UMKM yang meminjam koperasi ada pembinaan. Bagaimana literasi keuangannya dan memgembangkan usahanya. Jadi pemerintah kalo memperkuat BMT BUS ini sama saja dengan memperkuat kelembagaan keuangan masyarakat. Dan kita butuh itu," jelasnya.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Tingkatkan Pembiayaan kepada BMT BUS

Tingkatkan Kesejahteraan di Hari Tua, Menkop UKM Dukung ASN dan Pensiunan Buka Kios Warga
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki

Dalam kesempatan yang sama Direktur Utama LPDB-KUKM Supomo menambahkan, bahwa pihaknya telah sepakat untuk meningkatkan pembiayaan kepada BMT BUS. Namun untuk jumlahnya masih dilakukan analisis keuangan.

"Kami komitmen bersama sama untuk topup pembiayaan BMT Bus ini. Masih di kalkulasi beapa kebutuhannya. Kalo hasil analisis usaha LPDB bagus harus diberikan maksimum," kata Supomo.

Sedangkan Ketua Pengurus KSPPS BMT BUS, Abdulah Yasin menjelaskan, koperasi yang didirikan pada 10 November 1996 tersebut kini sudah memiliki 185 cabang dii 7 propinsi, dengan aset lebih dari Rp 1,2 triliun. Namun, akibat pandemi Covid-19 berdampak penurunan 30 persen.

"Saya sampaikan terimakasih kepada MenkopUKM dan LPDB-KUKM. Relaksasi pembiayaan akan mulai Juli, karena terganggu akibat pandemi Covid-19," ujar Abdullah.

 

 

Sentuh Sektor Kelautan

Dukung Usaha Kecil Naik Kelas, Menteri Teten Sebut Perlu Alternatif Pembiayaan UMKM
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki.

Lanjut Teten,  ia berharap BMT BUS mengembangkan UMKM di sektor pertanian dan kelautan. Menurutnya, pertanian dan kelautan masih dikuasai 96 persen UMKM, sehingga memiliki potensi besar untuk digarap secara maksimal.

"Jadi sebelum ke sini, saya bikin analisis. Di sini kan daerah pesisir dan daerah pertanian. Jadi kalau UMKM masuk ke sektor unggulan seperti kelautan. Kenapa unggul, bahan bakunya lengkap, tidak ada impor. Termasuk mengolah hasil pertanian. Sehingga kesejahteraan petani bisa kebantu. Ada nilai value addednya. Koperasinya bisa menjadi opteker produk petani itu," tambahnya.

Bahkan di negara-negara maju petani bisa menjadi anggota di 3 koperasi sekaligus, yaitu koperasi pertanian, koperasi simpan pinjam dan koperasi pengolahan.

"Kita harapkan begitu. Makanya seperti di negara negara maju, petani bisa masuk di 3 anggota koperasi, misalnya koperasi pertaniannya. Untuk membiayai dia jadi anggota simpan pinjamnya. Hasil pertanian ada hasil pengolahannya. Dia ikut di koperasi pengolahan. Jadi petani ini bisa mendapatkan keuntungan di 3 koperasi. Yaitulah konsep dari anggota ke anggota," pungkas Teten. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya