Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Tabungan Negara (BTN) mencatatkan pertumbuhan penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi sebesar Rp 193,49 triliun. Angka ini naik sebesar 2,47 persen year-on-year (yoy) dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai Rp 188,82 triliun.
Peningkatan penyaluran KPR ini ditopang oleh kenaikan penyaluran KPR bersubsidi yang mencapai Rp 113,61 triliun di semester I 2020.
Baca Juga
"KPR Subsidi yang menempati porsi sebesar 45,11 persen dari total portofolio kredit di Bank BTN tersebut tumbuh positif di level 5,84 persen yoy. Per semester I 2020, KPR Subsidi Bank BTN tercatat naik dari Rp 107,34 triliun pada semester I 2019," demikian dikutip dari keterangan resmi BTN, Senin (3/8/2020).
Advertisement
Selain itu, Bank BTN juga telah menyalurkan KPR non subsidi sebesar Rp 79,87 triliun. Lalu, kredit perumahan lainnya sebesar Rp 7,56 triliun dan kredit konstruksi masing-masing sebesar Rp 27,87 triliun per semester I 2020. Kemudian, di segmen kredit non perumahan, perseroan menyalurkan kredit senilai Rp 22,91 triliun per akhir Juni 2020.
"Di tengah pertumbuhan positif tersebut, perseroan pun tetap menjaga kualitas kredit yang disalurkan. Per Juni 2020, BBTN mencatatkan penurunan rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) net dari 2,42 persen per Juni 2019 menjadi 2,40 persen pada Juni 2020," ujar Direktur Utama BTN Pahala Mansuri.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Likuiditas Perseroan Terjaga
Likuiditas perseroan juga terjaga hingga semester I 2020 ini. Liquidity Coverage Ratio (LCR) perseroan naik ke level 132,22 persen pada semester I 2020 dari 105,50 persen di periode yang sama tahun sebelumnya. Permodalan (Capital Adequacy Ratio/CAR) BTN pun kian menguat untuk menopang laju bisnis dari level 16,99 persen menjadi 19,10 persen per semester I 2020.
Dengan likuiditas yang sangat kuat ini, perseroan optimis akan dapat melalui masa pandemi dengan baik. Apalagi, profil restrukturisasi yang harus dilakukan perseroan pun diproyeksi turun drastis hingga akhir 2020.
"Diluar ekspektasi, restrukturisasi terus menunjukkan penurunan. Sehingga kami proyeksikan hingga akhir 2020 restrukturisasi akan melanjutkan tren penurunan tersebut," ujar Pahala.
Advertisement