Konsumsi Rumah Tangga Bakal Jadi Biang Kerok Ekonomi Indonesia Minus

Hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2020

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 05 Agu 2020, 10:30 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2020, 10:30 WIB
FOTO: Kembali Buka, Pasar Kebayoran Lama Terapkan Protokol Kesehatan COVID-19
Sejumlah pengunjung mengenakan masker saat berbelanja di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Senin (22/6/2020). Pasar Kebayoran Lama kembali buka setelah sebelumnya tutup selama tiga hari sejak 18 Juni 2020 akibat 14 pedagang positif COVID-19. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data output ekonomi (Produk Domestik Bruto/PDB) Indonesia periode kuartal II-2020. Prediksi para ekonom, kuartal ini Indonesia akan mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang minus.

Ekonom Institute for Development on Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira bahkan memperkirakan ekonomi pada kuartal II ini akan terkontraksi hingga 3,88 persen.

“Kuartal II diperkirakan ekonomi akan tumbuh minus 3,26 sampai 3.88 persen,” ujar Bhima kepada Liputan6.com, Rabu (4/7/2020).

Bhima menyebutkan, penyebab ambruknya pertumbuhan ekonomi diantaranya pelemahan konsumsi rumah tangga. Padahal selama ini kelompok pengeluaran ini menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi domestik.

“Perlambatan konsumsi rumah tangga dan lambatnya realisasi stimulus disertai rendahnya aktivitas manufaktur jadi penyebab utama anjloknya pertumbuhan ekonomi pada kuartal II,” kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Penanganan Covid-19 Lambat

Jakarta Menuju Kenormalan Baru
Pejalan kaki menggunakan masker di trotoar Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (27/5/2020). Empat provinsi di Indonesia termasuk DKI Jakarta akan mulai melakukan persiapan menuju new normal atau tatanan kehidupan baru menghadapi COVID-19. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Di sisi lain, Bhima menilai penanganan pandemi covid-19 yang lambat dan kebingungan kebijakan kesehatan, memperparah kepercayaan konsumen untuk berbelanja.

“Padahal tanpa adanya penanganan pandemi yang optimal, sulit mengharapkan adanya pemulihan ekonomi dalam waktu singkat,” kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya