Jumlah Iklan TV Naik Selama Pandemi Covid-19

Perusahaan Informasi dan Pengukuran Global Nielsen melaporkan adanya kenaikan jumlah iklan

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 25 Agu 2020, 17:15 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2020, 17:15 WIB
Iklan Digital
(ilustrasi)

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan Informasi dan Pengukuran Global Nielsen melaporkan adanya kenaikan jumlah iklan yang terselip dalam suatu program televisi selama pandemi Covid-19. Kondisi ini justru berkebalikan dengan belanja iklan yang ditaruh pada saat commercial break suatu acara TV.

Executive Director Nielsen Media Hellen Katherina mengatakan, pengiklan kini telah banyak berinovasi dengan mengintegrasikan iklannya di dalam program. Bentuknya bermacam-macam, mulai dari running text hingga super impose.

"Cukup menarik nih, tipe iklan yang terintegrasi semakin berevolusi. Ada misalnya seperti contoh di program olahraga, animasinya ditempel di lapangan. Kemudian iklan bisa ditempel di billboard virtual," kata Hellen dalam sesi teleconference, Selasa (25/8/2020).

Hellen mengutarakan, jenis iklan seperti itu secara angka justru semakin naik saat masa awal pandemi virus corona di Indonesia. Itu berbanding terbalik dengan cara marketing konvensional pada jeda iklan suatu program, yang justru tenggelam saat periode tersebut.

"Terbalik dengan iklan terintegrasi. Titik tertingginya justru di bulan Mei pada saat puasa dan Ramadhan. Bisa jadi pengiklan dengan sengaja memindahkan, mengubah strateginya dari commercial break ke integrasi," tuturnya.

Menurut dia, iklan terintegrasi program tergolong lebih efektif ketimbang ditaruh ketima commercial break, dimana jumlah penontonnya pada saat itu cenderung berkurang.

"Biasanya jangkauan pemirsa tentu lebih tinggi ketika program (berlangsung) ketimbang jeda iklan. Biasanya ketika jeda iklan ada yang pindah chanel, sehingga pasti rating pada saat jeda iklan akan lebih rendah," ujar Hellen.

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Meskipun Ada Ramadan, Belanja Iklan Tetap Anjlok di Kuartal II 2020

Ilustrasi iklan
Ilustrasi iklan (Sumber: Istockphoto)

Perusahaan Informasi dan Pengukuran Global Nielsen mengeluarkan hasil risetnya terkait belanja iklan selama masa pandemi Covid-19. Dari penelitian tersebut ditemukan, belanja iklan sempat jatuh pada kuartal II 2020, namun perlahan mulai merangkak naik di Juli 2020.

Executive Director Nielsen Media Hellen Katherina mengungkapkan, berdasarkan pengamatan pihaknya, angka belanja iklan di suatu negara secara rata-rata drop hingga 20 persen. Bahkan, ada negara tertentu yang anjlok hingga lebih dari 50 persen.

"Yang menarik, akhir-akhir ini di negara-negara tersebut sudah terjadi recovery sejak Juni ke Juli, slowly mereka open up, berhasil me-maintain virus itu sehingga ada beberapa pelonggaran. Kami melihat terjadi pergerakan menuju recovery di negara-negara tersebut," ujarnya dalam sesi teleconference, Selasa (25/8/2020).

Khusus untuk di Indonesia, ia melanjutkan, Nielsen memantau pergerakan data iklan selama Januari-Juli 2020 lewat 4 macam media. Penempatan iklan terbesar masih berada di televisi, yakni 72 persen. Disusul digital 20 persen, media cetak 7-8 persen, lalu radio 1 persen.

Dari hasil pengamatan tersebut, ditemukan pergerakan iklan pada triwulan pertama tahun ini masih baik. Dimana secara angka pada Januari sebesar Rp 15,4 triliun, lalu Februari naik 14 persen menjadi Rp 17,5 triliun, dan masih memperhatikan algoritma positif sampai akhir Maret.

Berkebalikan pada kuartal II, ketika angka pengiklan menjadi sangat tertekan. Hellen menyebutkan, pada Maret ke April angkanya turun jadi 14 persen, kemudian stagnan di periode April-Mei, dan kembali terpangkas -11 persen di Mei ke Juni.

"Tetapi, memasuki bulan Juli kita lihat sudah terjadi peningkatan 17 persen. Jadi angkanya kembali lagi, jadi di Juli sudah sekitar Rp 18,3 triliun. Ini memperlihatkan mulai kembalinya confidence dari banyak pengiklan," kata dia.

Hellen mengatakan, pergerakan iklan pada April dan Mei 2020 sebenarnya masih tertolong berkat adanya bulan Ramadan. Dia menyampaikan, pergerakan iklan selama 4 pekan bulan puasa bisa sedikit terangkat naik. Namun kembali jatuh ketika memasuki masa Idul Fitri.

"Tapi di minggu terakhir Mei drop lagi. Padahal itu minggu Lebaran, 24 Mei. Kita lihat drop banget. Tapi ini biasanya pola yg kita lihat tiap tahun. Di minggu pertama lebaran pengiklan akan stop. Karena pada saat lebaran orang pada pergi keluar, sehingga menurun," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya