Presiden Bukalapak: Promosi Dibutuhkan, Tapi Tidak Boleh Berlebihan

Bukalapak menyarankan promosi produk dapat dioptimalkan untuk mempercepat pertumbuhan bisnis

oleh Athika Rahma diperbarui 11 Sep 2020, 17:50 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2020, 17:50 WIB
Bukalapak
Pembukaan kantor research and development di Surabaya (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Bukalapak Teddy Oetomo menjelaskan, promosi produk dapat dioptimalkan untuk mempercepat pertumbuhan bisnis. Promosi bisa menarik pelanggan untuk menggunakan jasa yang ditawarkan perusahaan.

Namun, promosi seyogyanya dilakukan dengan wajar dan tidak terus-terusan.

"Tapi promo yang kebablasan nah itu masalah. Kalau sebuah bisnis mengandalkan promosi yang kebablasan, terus aja promo ya lama-lama engga akan berhasil," katanya saat Temu Media secara virtual, Jumat (11/9/2020).

Menurut Teddy, kunci sebuah bisnis akan berhasil dan bertahan dalam jangka waktu lama apabila dapat memberikan apa yang dibutuhkan dan solusi bagi konsumen. Promo memang tidak salah, tapi, tidak boleh dilakukan secara berlebihan.

"Promosi itu engga ada yang salah, semua toko baru juga promo," pungkasnya.

Lebih baik, perusahaan fokus memberikan solusi yang dibutuhkan dan bermanfaat untuk konsumen. Misalnya memudahkan pembayaran tagihan bulanan dengan menggandeng Mitra Bukalapak di seluruh Indonesia.

Jika tidak, yang terjadi hanyalah kejar-kejaran promo. Memang termasuk inovasi, tapi tidak memiliki manfaat bagi masyarakat.

"Yang terjadi hanya kejar-kejaran. Jadi itu hanya inovasi corporate finance bukan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat," tuturnya.

 

Optimalkan Platform

CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin saat diwawancarai media usai Perayaan 10 Tahun Bukalapak. (Liputan6.com/ Agustin Setyo W)
CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin saat diwawancarai media usai Perayaan 10 Tahun Bukalapak, Jumat (10/1/2010). (Liputan6.com/ Agustin Setyo W)

Sementara itu, CEO Bukalapak, Rachmat Kaimuddin memaparkan strateginya, dalam menjalankan bisnis yang sehat Bukalapak menargetkan menciptakan bisnis yang berkelanjutan dengan peningkatan EBITDA dan burn rate (bakar uang) yang semakin rendah.

Hal ini dibuktikan dengan capaian yang menghasilkan kenaikan dalam monetisasi. Sampai dari triwulan I 2018 sampai kuartal II 2020, Bukalapak berhasil meningkatkan EBITDA hingga lebih dari 60 persen.

"Kami mengoptimalkan platform kami untuk menerobos kesenjangan ekonomi, infrastruktur, dan mendukung inklusi keuangan. Kami ingin menciptakan dampak di masyarakat dengan terus mengembangkan ekosistem digital yang berbasis keadilan ekonomi bagi semua," ucapnya.

Sebagai informasi, Bukalapak mencatatkan pertumbuhan Total Processing Value (TPV) secara signifikan dari kuartal I 2018 hingga kuartal II 2020, sebanyak hampir 400 persen. Capaian ini didominasi oleh transaksi yang berasal dari kota-kota di luar tier 1 dan pertumbuhan market share yang tetap stabil walau di masa pandemi.

Dari sisi pengembangan UMKM, kata Rachmat, juga terjadi kenaikan pada jumlah pelaku UMKM yg bergabung menjadi Pelapak dan Mitra Bukalapak, yakni mencapai lebih dari 3 juta di 7 bulan pertama tahun ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya