Liputan6.com, Jakarta Komisi VII DPR RI menyetujui anggaran dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM) pada tahun 2021 dengan alokasi sebesar Rp 7 triliun.
"Setelah dilakukan pembahasan Banggar, Komisi VII menyetujui anggaran Kementerian ESDM pada tahun 2021," kata Ketua Komisi VII Sugeng Suparwoto, dikutip dari Antara, Rabu (23/9/2020).Â
Rincian anggaran tersebut antara lain untuk manajemen Kementerian ESDM sebesar Rp 618 miliar. Kemudian, untuk mitigasi dan geologi sebesar Rp 1 triliun.
Advertisement
Selanjutnya pada program pertambangan mineral dan batu bara mendapatkan anggaran Rp 458 miliar dan kebutuhan riset serta inovasi sebesar Rp 521 miliar.
Untuk program utama seperti manajemen penyediaan energi dan ketenagalistrikan mendapatkan alokasi anggaran Rp 3,9 triliun.
Dalam proses penyediaan energi, Komisi VII meminta kepada Kementerian ESDM untuk dapat memberikan keterlibatan bagi masyarakat lokal, misalnya pemasangan lampu lalu lintas tenaga surya guna memaksimalkan potensi perekonomian sekitar.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Kementerian ESDM Targetkan Tambah Bauran Energi 3 Persen di 2025
Sebelumnya, pemerintah tengah mengupayakan terobosan dalam pemanfaatan biomassa untuk mengurangi penggunaan energi fosil yakni batubara yang masih dominan, serta mendorong pencapaian target bauran energi baru terbarukan sebesar 23 persen pada tahun 2025.
Salah satu yang didorong adalah pemanfaatan co-firing biomassa sebagai substitusi batubara pada pembangkit listrik.
"Kami mendorong co-firing biomassa pada pembangkit listrik tenaga batubara dengan harapan bisa memenuhi target tambahan bauran energi sebesar 1-3 persen pada tahun 2025. Serta berkomitmen melanjutkan penggunaan B30 dan akan terus megembangkan biodiesel pencampur yang lebih tinggi dalam waktu dekat yakni uji coba B40," ungkap Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Andriah Feby Misna dikutip dalam keterangan resmi, Jumat (18/9/2020).
Dalam skema co-firing ini, lanjut Feby, pengembangan biomassa yang akan dioptimalkan potensi pemanfaatanya adalah pelet biomassa yang bersumber dari segala jenis sampah organik dengan harapan akan meningkatkan kemandirian energi nasional serta mengoptimalkan potensi pembangkit listrik tenaga biomassa yang sampai saat ini baru mencapai kurang dari 1,9 GW dari total potensi sekitar 32 GW.
"Sekitar 114 PLTU sudah melakukan co-firing test dengan menggunakan biomass pellet serta RDF hingga 10 persen, bergantung pada teknologi boiler. Kami berharap pada tahun 2021 kami dapat mulai menerapkan co-firing di PLTU batubara secara berkelanjutan," ujar Feby.
Adapun komitmen dan kajian uji penerapan B30 serta pengembangan B40, Feby menjelaskan, campuran biodiesel adalah cara yang efisien untuk mengembangkan solusi yang lebih ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan energi.
Konsumsi biodiesel di 2020 diproyeksikan akan turun sebesar 13 persen dari alokasi tahun 2020 (9,6 juta kL) akibat pandemi Covid-19. "Meskipun terpukul pandemi global, pemerintah Indonesia tetap berkomitmen untuk melanjutkan program wajib B30," tegasnya.
Lebih lanjut, Pemerintah juga tengah melakukan penyiapan uji coba B40. PT Pertamina bersama ITB (Institut Teknologi Bandung) dan pemangku kepentingan terkait lain pun mendukung dengan mengembangkan katalisator untuk menghasilkan green-fuel berbasis minyak sawit yang diharapkan siap berproduksi pada tahun 2023.
Advertisement