Ekosistem Logistik Nasional Tingkatkan Produktivitas Bongkar Muat Truk

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut kondisi sistem logistik nasional saat ini seperti benang ruwet.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Sep 2020, 19:00 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2020, 19:00 WIB
Kinerja Ekspor dan Impor RI
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua DPP Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Gemilang Tarigan menyambut baik rencana penerapan Ekosistem Logistik Nasional atau National Logistic Ecosystem (NLE) di Indonesia. Sebab, dia meyakini Ekosistem Logistik Nasional mampu mendongkrak produktivitas truk yang kini tersisa hanya 50 persen akibat pandemi Covid-19.

"Kami sangat senang dengan adanya upaya membuat NLE ini. Karena sangat menolong kami dalam hal meningkatkan productivity truk yang seperti diketahui hanya 50 persen akibat pandemi Covid-19," ujar dia ujar dia dalam webinar Nasional Ekosistem Logistik, Kamis (24/9/2020).

Tarigan menjelaskan selama pandemi Covid-19 berlangsung produktivitas truk anggotanya terpangkas hingga ke level 50 persen. Hal ini diakibatkan oleh terbatasnya ruang gerak truk. Sehingga truk hanya beroperasi di tiga titik yakni pelabuhan, pabrik dan jalanan.

Kemudian, diperparah dengan lamanya waktu tunggu untuk proses bongkar muat barang serta penerbitan dokumen di pelabuhan. "Dulu bandingkan kita angkut barang dari pelabuhan sampai garasi cuma 8 jama. Kalau ini 20 jam kita muternya nunggu muat angkut barang dna dokumen," jelasnya.

Untuk itu, dia mendukung penuh implementasi Ekosistem Logistik Nasional dalam waktu dekat. "Karena ini akan mempercepat arus barang dan dokumen segala transparan. Jadi, kami berbangga hari ini," tukasnya.

 


Benang Ruwet

Neraca Ekspor Perdagangan di April Melemah
Sebuah kapal bersandar di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Penyebab kinerja ekspor sedikit melambat karena dipengaruhi penurunan aktivitas manufaktur dan mitra dagang utama, seperti AS, China, dan Jepang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut kondisi sistem logistik nasional saat ini seperti benang ruwet. Imbasnya, biaya logistik di Indonesia menjadi tidak kompetitif. Bahkan menjadi yang tertinggi di ASEAN mencapai 23,5 persen terhadap PDB.

"Sistem logistik kita seperti benang ruwet. Link nya dengan para pelaku usaha itu belum terkoneksi secara baik. Sehingga ini menyebabkan perekonomian Indonesia masih perlu terus memperbaiki kompetisinya melalui NLE (National Logistic Ecosystem)," kata Menteri Sri Mulyani dalam webinar Nasional Ekosistem Logistik, Kamis (24/9).

Nantinya NLE akan menghubungkan kementerian terkait, pelaku usaha hingga perbankan untuk meningkatkan efisiensi. Alhasil akan memberi kemudahan bagi para importir dan eksportir serta pelaku logistik dalam mengurus perizinan atau dokumen yang diperlukan.

"Sehingga tidak harus berkali-kali para importir dan eksportir melakukan penyerahan dokumen atau perizinan untuk berhubungan dengan K/L terkait. Ini akan lebih efisien dan menghemat waktu dari 3 hari bisa 1 hari," paparnya.

Selain itu, NLE juga diyakini membuat proses pengurusan dokumen bagi para importir dan eksportir menjadi lebih transparan. Serta diklaim memudahkan kementerian/lembaga terkait dalam menerbitkan perizinan yang diperlukan.

"NLE diharapkan ada kemudahan dan clarity atau kejelasan dalam seluruh proses, di mana dokumen itu bisa di-share meski bukan integrasi. Tetapi kolaborasi yang akan sangat mudah dan menyederhanakan bagi pemangku terkait," ujarnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya