Ekonomi Bakal Pulih Usai Penemuan Vaksin Covid-19? Belum Tentu, Ini Alasannya

sejumlah risiko masih terus diwaspadai oleh pemerintah usai penemuan vaksin Covid-19

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Sep 2020, 12:50 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2020, 12:50 WIB
FOTO: Rusia Daftarkan Vaksin COVID-19 Pertama di Dunia
Vaksin COVID-19 yang dikembangkan laboratorium Institut Penelitian Ilmiah Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya, Moskow, Rusia, 6 Agustus 2020. Menurut Presiden Rusia Vladimir Putin pada 11 Agustus 2020, negaranya telah mendaftarkan vaksin COVID-19 pertama di dunia. (Xinhua/RDIF)

Liputan6.com, Jakarta - Penemuan vaksin covid-19 menjadi kunci pemulihan perekonomiandi tahun depan. Namun tugas berat yang harus dihadapi kemudian adalah mendistribusikan vaksin tersebut ke seluruh penduduk Indonesia.

"Vaksin harapannya ada di kuartal I 2021. Tapi itupun tetap akan dengan risiko yang tinggi. Vaksin ada, apakah bisa menjangkau cukup populasi Indonesia? Belum tentu," ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, dalam diskusi online, Jakarta, Jumat (25/9/2020).

Dengan adanya kemungkinan tersebut, Febrio mengatakan, sejumlah risiko masih terus diwaspadai oleh pemerintah. Termasuk menjaga keberlangsungan hidup 40 persen masyarakat termiskin.

"Risiko ini tetap harus difaktorin cara kita asses perekonomian kita dan persisnya, apa langkah-langkah yang dilakukan untuk memastikan 40 persen termiskin bisa terjamin tidak lebih susah hidupnya," katanya.

Selain itu, pemerintah juga menginginkan tenaga kerja Indonesia yang mayoritas informal bisa kembali bekerja. Sedangkan pekerja formal dengan penghasilan di bawah Rp 5 juta mendapat subsidi.

"Lalu bagaimana tenaga kerja mayoritas informal bisa kembali bekerja. Lalu tenaga kerja formal UMP Rp 5 juta, juga dapat subsidi gaji. Program-program ke depan terus finetuning sesuai pantauan di lapangan," jelasnya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Ambisi Pemerintah

Indonesia Bersiap Alami Resesi
Pejalan kaki bersiap menyeberang di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (23//9/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan ekonomi nasional resesi pada kuartal III-2020, perekonomian Indonesia akan mengalami kontraksi hingga minus 2,9 persen. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Febrio menambahkan, pemulihan ekonomi Indonesia pada 2021 menjadi ambisi yang kuat untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 4,5 hingga 5,5 persen. Berbagai upaya akan dilakukan agar target tersebut bisa tercapai.

"Harapannya di 2021 ini menjadi ambisi kita, supaya 2021 kita bisa pulih lebih cepat. Katakanlah minimal 4,5 hingga 5,5 persen. Kalau kita berada di pertumbuhan ekonomi rendah 2020, itu menjadi basis rendah," jelasnya.

"Sehingga pertumbuhan ekonomi 4,5 hingga 5,5 persen harusnya cukup realistis. Tapi bukan tanpa kerja keras, itu harus dilakukan segala policy disiapkan ke arah buat perekonomian makin kuat pulih dan tenaga kerja makin siap untuk pemulihan ke sana," tandasnya.

Anggun P. Situmorang

Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya