Gubernur BI Optimistis Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,8 Persen di 2021

Asumsi dasar makro ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan pemerintah bersama DPR di dalam Undang-Undang APBN 2021 sebesar 5,0 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Okt 2020, 17:00 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2020, 17:00 WIB
FOTO: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Sabtu (17/10/2020). International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen pada Oktober, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2021 bakal berada di rentang 4,8 persen sampai dengan 5,8 persen. Angka ini jauh lebih besar dari proyeksi pemerintah di dalam APBN 2021 yang berada di titik tengah 5,0 persen.

"Itu untuk prediksi kami di tahun 2021 pertumbuhan di 4,8 persen sampai 5,8 persen," katanya dalam acara Capital Market Summit & Expo 2020, Senin (19/10).

Seperti diketahui, asumsi dasar makro ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan pemerintah bersama DPR di dalam Undang-Undang APBN 2021 sebesar 5,0 persen. Pertumbuhan itu pun tidak berbeda jauh dari proyeksi dilakukan sejumlah lembaga-lembaga keuangan dunia.

Sebelumnya Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, optimistis pertumbuhan ekonomi di 2021 sebesar 5 persen dapat terealisasikan. Menurutnya, pemulihan ekonomi sendiri diproyeksikan pada kuartal III dan kuartal IV-2020 dan akselerasinya baru terjadi di 2021.

"Kita proyeksikan di kisaran 5,0 persen dan tentu ini suatu pemulihan yang harus diupayakan dan jaga melalui berbagai kebijakan termasuk APBN," kata dia dalam video conference di Jakarta, Selasa (29/9).

Dia menyebut ada berbagai faktor yang bisa memulihkan ekonomi indonesia dan membuat ekonomi RI tumbuh di 5,0 persen. Salah satunya adalah upaya penanganan Covid-19 yang terus digencarkan pada tahun ini dan dilanjutkan di 2021 dengan disiplin protokol kesehatan secara ketat.

"Semakin kita bisa kendalikan melalui disiplin protokol, akan bantu untuk tangani covid sekaligus mulai pemulihan ekonomi dan sosial," kata dia.

Selanjutnya, faktor kedua yakni ketersediaan vaksin. Menurutnya, banyak hal-hal optimis mengenai penemuan dan produksi vaksin termasuk dari Indonesia maupun kerjasama dengan internasional. Keberadaan vaksin menjadi penting, dan akan memberikan harapan baru bagi masyarakat.

"Kita lihat, timeline dari vaksin diperkirakan bisa mengurangi ketidakpastian terutama pada akhir tahun ini dan awal tahun depan. Ini tentu pengaruhi dari pemulihan ekonomi. Kalau bisa dapatkan vaksin dan vaksinasi cukup luas, kita mampu akselerasi pemulihan ekonomi juga," kata dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan video pilihan berikut ini:

Sri Mulyani: Ekonomi Indonesia Menuju Tren Positif

FOTO: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Sabtu (17/10/2020). International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen pada Oktober, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, aktivitas ekonomi di Indonesia sudah menunjukan pemulihan meskipun pandemi Covid-19 masih berlangsung. Mulai berjalannya aktivitas ekonomi ini tidak lepas dari kebijakan pelonggaran Pembatasan Sosial Berksala Besar (PSBB) di beberapa daerah.

"Kalau kita lihat mobilitas masyarakat terutama di berbagai tempat aktivitas-aktivitas yang mereka perlukan maka kelihatan bahwa sudah terjadi adanya tren perbaikan pada bulan antara Juli sampai dengan Agustus dan bertahan di September," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam acara Capital Market Summit & Expo 2020, Senin (19/10/2020).

 

Namun, pada 2 mingu sisa akhir bulan September 2020, tren kasus positif di DKI Jakarta terus menunjukan peningkatan. Sehingga memaksa pemerintah kembali melakukan pengetatan PSBB hampir kurang lebih dua minggu.

Kondisi itu secara otomatis memberikan dampak yang terlihat dari sisi mobilitas aktivitas ekonomi masyarakat menjadi melemah kembali. Hanya saja, pelemahan aktivitas ekonomi itu tidak menutupi tren peningkatan aktivitas sebelumnya.

"Namun kita melihat sekarang dengan aktivitas ini masih tidak menutup tren yang terjadi secara positif yang terjadi semenjak bulan Juli hingga yang sekarang September ini," tandas dia.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebut optimisme dan kepercayaan masyarakat saat ini sudah berangsur pulih. Kondisi ini berbanding terbalik pada saat awal-awal terjadinya pandemi Covid-19, di mana seluruh masyarakat takut untuk melakukan aktivitasnya.

"Seperti diketahui, pandemi covid-19 telah menyebabkan tekanan pada seluruh aspek kesehatan dan ekonomi. Namun demikian optimisme dan kepercayaan masyarakat mulai pulih untuk menggerakkan aktivitas ekonomi," ujarnya.

Dia pun berharap optimisme dan kepercayaan yang mulai pulih ini perlu tetap dijaga. Khususnya optimisme dan kepercayaan para investor di pasar modal yang berkontribusi besar pada sektor eksternal.

"Optimisme dan kepercayaan yang mulai pulih inilah perlu kita jaga ditingkatkan terutama di pasar modal. Capital inflow di pasar modal memiliki kontribusi besar pada sektor eksternal," jelasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya