Liputan6.com, Pesawaran Perkebunan menjadi salah satu subsektor yang berkontribusi terhadap devisa negara. Berdasarkan data BPS, ada peningkatan ekspor produk pertanian sebesar 20,84 persen dibanding bulan sebelumnya Agustus 2020.Â
Peningkatan yang signifikan ini disumbang oleh kenaikan volume ekspor yang cukup besar diantaranya beberapa produk hortikultura seperti sayur-sayuran dan buah-buahan tahunan dan juga dari subsektor perkebunan yaitu kopi dan lada.
Baca Juga
Ketua Komisi IV DPR RI, Sudin saat memimpin rombongan Kunjungan Kerja DPR RI bersama Kementerian Pertanian di Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, Lampung beberapa waktu lalu berpesan agar Kementan dalam hal ini PSP maupun Perkebunan untuk terus melakukan inovasi dan terobosan.
Advertisement
Secara terpisah, Mentan Syahrul Yasin Limpo mengatakan, untuk meningkatkan nilai tambah, daya saing, pengembangan produk turunan dan meningkatkan kesejahteraan petani, korporasi petani harus ditumbuhkan.
“Ini adalah arahan Presiden Jokowi. Penumbuhan korporasi petani menjadi salah satu program prioritas yang harus diwujudkan untuk membangun proses bisnis dari hulu ke hilir yang menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional,“ ungkap Syahrul seperti dikutip dari Media Perkebunan.
Dalam kunjungan ke Pesawaran tersebut, Komisi IV DPR RI bersama Kementan secara simbolis diserahkan bantuan kepada petani berupa benih kopi dan kakao.
Kepala BUMD Pesawaran, Ahmad Muslimin yang juga hadir menyampaikan bahwa BUMD Pesawaran kini memiliki mini pabrik kakao dengan kemampuan dan kapasitas pengolahan untuk memproses kakao menjadi produk jadi sebesar 5 kg per hari.
“Penyerapan kakao kering fermentasi mencapai 200 kg per hari dengan harga beli grade A Rp. 47.000 per kg, grade B Rp 42.000, dan grade C Rp 32.000,“ kata Ahmad.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementan, Kasdi Subagyo menyampaikan bahwa apa yang telah dilakukan oleh BUMD Pesawaran merupakan hal yang sangat bagus.
“Walaupun kapasitas masih kecil, saya kira jika bisa direplikasi di tempat yang lain atau opsi yang lain, skalanya diperbesar,“ kata Kasdi.
Selain kakao, menurut Kasdi, komoditas perkebunan yang berpotensi untuk dikembangkan di Lampung adalah kelapa.
“Kami sedang mengupayakan dan mengangkat kelapa genjah. Tiga tahun buahnya lebat dan batangnya pendek. Jadi, kalau ibu-ibu mau mengambil tidak mesti menunggu suaminya pulang karena bisa langsung petik,“ jelas Kasdi.
Â
(*)