Tak Melulu Merugikan, Resesi Ekonomi Bisa Ciptakan Peluang Baru

Perekonomian nasional diperkirakan masih tertutup awan ketidakpastian di tahun depan meski vaksin Covid-19 telah ditemukan.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Des 2020, 08:03 WIB
Diterbitkan 07 Des 2020, 08:00 WIB
FOTO: Indonesia Dipastikan Alami Resesi
Warga berada di sekitar Spot Budaya Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (5/11/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen, Indonesia dipastikan resesi karena pertumbuhan ekonomi dua kali mengalami minus. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Perekonomian nasional diperkirakan masih tertutup awan ketidakpastian di tahun depan meski vaksin Covid-19 telah ditemukan.

Alih-alih bakal memproduksi vaksin sendiri, pemerintah belum juga bisa mendatangkan berbagai jenis vaksin yang dijanjikan tiba di Indonesia hingga akhir tahun 2020.

"Tahun depan perekonomian kita masih tertutup kabut, vaksin yang disiapkan pemerintah juga belum ready," kata Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho kepada merdeka.com, Jakarta, Senin (7/12/2020).

Belajar dari beberapa krisis yang pernah terjadi di Indonesia, Andy memperkirakan kondisi perekonomian baru akan pulih setelah 3 tahun dari masa resesi ekonomi. Meski begitu resesi yang terjadi saat ini harus bisa dimanfaatkan. Sebab resesi ekonomi tidak hanya membawa kerugian.

"Tiap resesi sebenarnya juga membawa keuntungan buat kita kalau kita bisa memanfaatkannya," kata dia.

Pandemi Covid-19 ini pun membuka beberapa jenis lapangan pekerjaan baru yang sebelumnya hanya belum pernah ada sebelumnya. Semisal jasa pembuatan caption di sosial media atau platform digital untuk produk.

Selain itu jasa pembuatan website juga dan digital marketing tengah banyak dicari saat ini. Berpindahnya ragam bisnis ke sistem digital membuka peluang untuk memunculkan pekerjaan yang lain.

"Jadi manfaatkan resesi dengan cara seperti itu," kata dia.

Bagi pelaku bisnis Andy menyarankan untuk mulai beradaptasi dengan kondisi. Bila sebelumnya penjual makanan misalnya hanya menunggu datangnya pelanggan, maka saat ini produk yang dijual harus mendatangi pelanggan.

"Kita datangi mereka (pembeli) ke tangan mereka lewat sosial media, lewat HP dengan digital marketing atau menjual lewat market place," kata dia.

Anisyah Al Faqir

Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Resesi Akibat Pandemi Covid-19 Hantam 92,9 Persen Negara di Dunia

FOTO: Indonesia Dipastikan Alami Resesi
Suasana arus lalu lintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (5/11/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen, Indonesia dipastikan resesi karena pertumbuhan ekonomi dua kali mengalami minus. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Dalam catatan Bank Dunia, terjadi 14 resesi ekonomi global pada kurun waktu 1871 hingga 2020. Sebelum 2020, resesi terberat yang pernah terjadi pada 1931. Setidaknya 83,8 persen negara di dunia terdampak.

Namun, resesi global tahun 2020 memecahkan rekor yang pernah ada. Resesi akibat pandemi Covid-19 ini menghantam 92,9 persen negara yang ada di dunia.

"Tahun 2020, resesi ini jauh lebih dalam karena negara yang terdampak lebih dari 92,9 persen," kata Staf Ahli Bidang Peningkatan Daya Saing dan Penanaman Modal, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Heldy Satrya Putera dalam Webinar LPPI bertajuk Pembiayaan dan Investasi pada Revolusi 4.0 dan Internet of Things (IOT), Jakarta, Kamis (12/11/2020).

Heldy menilai, kondisi ini sebenarnya bukan hanya disebabkan oleh mewabahnya virus corona ke seluruh dunia. Tetapi berbagai ketidakpastian global yang terjadi sebelum munculnya pandemi Covid-19.

"Sebetulnya bukan di pandemi saja tetapi ada ketidakpastian global dalam hal ekonomi sebelumnya," kata Heldy.

Ketidakpastian global saat ini juga dipicu oleh perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Peristiwa Brexit atau keluarnya Kerajaan Inggris dari Uni Eropa juga ikut menyumbang ketidakpastian global.

Belum lagi anjloknya harga minyak dunia dan peristiwa deglobaliasasi. Antara lain, proteksionisme ekonomi domestik kembali marak dan diversifikasi rantau pasok pasca perang dagang juga turut andil membuat ketidakpastian global.

"Ini yang membuat kondisi saat ini jauh berbeda dibandingkan resei ekonomi sebelumnya," ungkap Heldy.

Bahkan secara khusus resesi ekonomi tahun ini berbeda jauh dengan resesi ekonomi yang pernah dialami Indonesia pada tahun 1998. "Kita juga tidak bisa membedakan dengan resesi ekonomi sebelumnya tahun 1998 karen berbeda sekali," imbuhnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya