Liputan6.com, Jakarta - Momentum liburan Natal dan Tahun Baru 2021 kali ini benar-benar membuat pelaku usaha perhotelan dan wisata kembali mengalami tekanan berat.
Bagaimana tidak, libur panjang yang diharapkan meningkatkan jumlah kunjungan justru saat ini terus menurun ke titik terendah setelah setiap tamu yang akan menginap maupun berwisata diwajibkan menyertakan hasil rapid test antigen negatif Covid-19.
Kebijakan rapid test antigen itu membuat wisatawan terbebani biaya sehingga akhirnya ramai-ramai membatalkan reservasi momen libur akhir tahun ini.
Advertisement
"Iya betul, kemungkinan seperti itu. Tapi bagaimana lagi kita pelaku usaha harus patuh dengan aturan yg dikeluarkan pemerintah," ujar Wakil Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Bogor Boboy Ruswanto, Sabtu (26/12/2020).
Tingkat hunian atau okupansi hotel di Kabupaten Bogor sempat menggeliat kembali pada Juli-Oktober 2020 saat pemerintah setempat memberikan kelonggaran pada sektor ekonomi yang tidak dikecualikan. Sebelumnya, sektor perhotelan di Kabupaten Bogor terpuruk pada April-Mei lantaran penutupan sementara akibat pandemi Covid-19.
Disaat bisnis perhotelan dan pariwisata mulai menggeliat, okupansi hotel memasuki libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) kembali merosot tajam dampak kebijakan rapid test antigen.
"Libur Natal (okupansi) turun drastis mencapai 70-80 persen. Untuk booking malam tahun baru juga masih sedikit, karena ada yang cancel," terangnya.
Marketing Communication Manager Royal Safari Garden, Dian Sagita mengaku okupansi pada libur panjang Nataru tahun ini menurun drastis. Sampai hari ini, tingkat pesanan kamar untuk malam pergantian tahun di Hotel Royal Safari Garden baru mencapai 25 persen.
"Sepi, masih 25 persen. Itu juga banyak yang pindah buat Januari," kata Dian.
Tak hanya perhotelan, objek wisata pun demikian. Salah satunya adalah Taman Safari Indonesia yang berlokasi di Cisarua, Bogor. Tingkat kunjungan wisatawan ke kebun binatang yang berada di kawasan Puncak itu menurun hingga 50 persen.
"Perbandingan libur Natal tahun lalu dengan tahun ini turun drastis. Keluhannya pasti semua sama," ujar Humas Taman Safari Indonesia Yulius Suprihardo. (Achmad Sudarno)
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Libur Natal, Okupansi Hotel di Jakarta Naik 15 Persen
Ketua BPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta sekaligus Wakil Ketua Umum PHRI Pusat, Sutrisno Iwantono menyebut ada peningkatan okupansi hotel di ibu kota saat momen libur Natal 2020. Peningkatan okupansi sendiri mencapai 15 persen dibandingkan hari biasanya.
"Saya kira gini ya sudah ada sedikit peningkatan (okupansi) pada Natal ini di bandingkan biasanya. Berkisar antara 10 sampai 15 persen lah dibandingkan hari biasanya," ujar dia saat dihubungi Merdeka.com, Sabtu (26/12).
Sutrisno mengungkapkan, peningkatan okupansi ini mengindikasikan adanya perbaikan kepercayaan masyarakat akan keamanan hotel dari paparan virus Covid-19.
Dia menilai hal ini tak lepas dari komitmen pelaku usaha hotel di tanah air untuk menerapkan protokol kesehatan secara ketat di masa kedaruratan kesehatan akibat penyebaran virus mematikan asal China itu.
"Karena kan umumnya pengunjung hotel itu orang yang bisa menilai lah seberapa ketat penerapan protokol kesehatan di hotel, sehingga mereka memilih hotel untuk menghabiskan waktu libur Natal. Hal ini dibuktikan dengan hotel bukan klaster penularan Covid-19," jelas dia.
Oleh karena itu, dia berharap pemerintah pusat maupun Pemprov DKI untuk tidak menyamaratakan ketentuan pengetatan bisnis hotel dengan bisnis lainnya di masa kedaruratan kesehatan ini. "Karena kan tadi hotel paling taat menerapkan protokol kesehatan dan tamunya relatif terdidik juga," tegasnya.
Selain itu, pelonggaran ketentuan usaha hotel juga diharapkan akan menjaga tren positif penambahan tingkat okupansi hotel hingga periode Tahun Baru 2021.
"Sehingga mudah-mudahan tahun baru nanti terus ada perbaikan okupansi ya, untuk kisarannya kita belum tahu," ujar dia mengakhiri.
Advertisement