Naik, Uang Beredar di Desember 2020 Tembus Rp 6.900 Triliun

Posisi M2 pada Desember 2020 sebesar Rp 6.900,0 triliun atau meningkat 12,4 persen.

oleh Andina Librianty diperbarui 22 Jan 2021, 15:20 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2021, 15:20 WIB
FOTO: Uang Beredar pada November 2020 Capai Rp 6.817,5 Triliun
Petugas menata tumpukan uang di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (20/1/2021). BI mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tetap tinggi pada November 2020 dengan didukung komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang kuasi. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) meningkat pada Desember 2020. Hal ini didorong oleh komponen uang beredar dalam arti sempit (M1).

Posisi M2 pada Desember 2020 sebesar Rp 6.900,0 triliun atau meningkat 12,4 persen (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 12,2 persen (yoy).

Peningkatan tersebut didorong oleh M1 yang tumbuh sebesar 18,5 persen (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 15,8 persen (yoy).

"Hal tersebut sejalan dengan peningkatan peredaran uang kartal di masyarakat dan giro Rupiah," kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (22/1/2021).

Sementara itu, komponen uang kuasi melambat, dari 11,1 persen (yoy) menjadi 10,5 persen (yoy) pada Desember 2020. Pertumbuhan surat berharga selain saham juga terkontraksi lebih dalam menjadi -10,6 persen (yoy) dari -5,8 persen (yoy) pada November 2020.

Berdasarkan faktor yang memengaruhi, peningkatan M2 pada Desember 2020 disebabkan oleh aktiva luar negeri bersih dan kenaikan ekspansi keuangan pemerintah. 

Hal ini tercermin dari pertumbuhan aktiva luar negeri bersih Desember 2020 sebesar 13,6 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan November 2020 sebesar 10,3 persen (yoy).

Tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat juga meningkat, dari 66,5 persen (yoy) menjadi 66,9 persen (yoy) pada Desember 2020. Sementara itu, pertumbuhan kredit terkontraksi lebih dalam menjadi -2,7 persen (yoy) dari -1,7 persen (yoy) pada November 2020.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

BI Catat Uang Beredar di November 2020 Capai Rp 6.817,5 Triliun

IHSG Berakhir Bertahan di Zona Hijau
Petugas menata tumpukan uang kertas di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Kamis (6/7). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sesi I perdagangan hari ini masih tumbang di kisaran level Rp13.380/USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bank Indonesia mencatat, likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tetap tinggi pada November 2020. Kondisi ini didukung oleh komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang kuasi.

Pada November 2020, posisi M2 tumbuh 12,2 persen (yoy) menjadi Rp 6.817,5 triliun. Sedikit lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat tumbuh 12,5 persen.

"Posisi M2 pada November 2020 tercatat sebesar Rp 6.817,5 triliun, atau tumbuh sebesar 12,2 persen (yoy), relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 12,5 persen (yoy)," kata Kepala Departemen Komunikasi, Bank Indonesia, Erwin Haryono, Jakarta, Kamis (31/12/2020).

Perkembangan tersebut didorong pertumbuhan M1 yang melambat menjadi sebesar 15,8 persen (yoy). Pada Oktober 2020 terjadi pertumbuhan M1 sebesar 18,5 persen (yoy).

Hal ini sejalan dengan peredaran uang kartal dan simpanan giro Rupiah yang melambat. Sementara itu, pertumbuhan uang kuasi mengalami peningkatan menjadi 11,1 persen (yoy) pada November 2020 dari sebelumnya pada Oktober 2020 sebesar 10,7 persen (yoy).

Berdasarkan faktor yang memengaruhi, pertumbuhan M2 pada November 2020 didorong oleh peningkatan aktiva dalam negeri bersih di tengah perlambatan aktiva luar negeri bersih. Aktiva dalam negeri bersih tumbuh sebesar 12,9 persen (yoy) pada November 2020. Lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 12 persen (yoy).

Perkembangan ini didorong oleh peningkatan pertumbuhan lainnya bersih. Terutama pembelian SBN oleh Bank Indonesia dan pertumbuhan ekspansi keuangan pemerintah yang masih tinggi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya