Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso memastikan penyebab utama meroketnya harga kedelai beberapa waktu lalu bukan diakibatkan oleh keterbatasan impor. Menurutnya, kenaikan harga bahan baku utama tahu dan tempe tersebut justru diakibatkan oleh praktik kartel.
"Tentang kenaikan harga kedelai kemarin bukan kurang atau karena keterbatasan dari luar negeri. Tapi karena permainan kartel importir kedelai," tegas pria yang akrab disapa Buwas dalam acara Perkenalan Direksi dan Strategi Perum Bulog 2021, Rabu (3/2).
Baca Juga
Buwas mengungkapkan, suburnya praktik kartel di tanah air tak lepas dari berkurangnya wewenang Bulog untuk melakukan penugasan impor sejumlah komoditas pangan, termasuk kedelai. Walhasil, sejumlah importir lebih leluasa untuk menaikkan harga jual yang justru membebani konsumen.
Advertisement
"Pedahal dalam regulasi itu untuk impor sembilan bahan pokok itu dilakukan oleh negara yaitu Perum Bulog. Tapi mekanismenya (impor) harus melalui penugasan yang jumlahnya itu kecil," terangnya.
Maka dari itu, Buwas berharap volume penugasan impor komoditas pangan oleh Bulog bisa ditambah dalam jumlah besar. Sehingga dapat memberantas praktik kartel dan lebih terjaminnya kestabilan harga berbagai bahan pangan termasuk kedelai.
"Apalagi asosiasi perajin tahu tempe juga banyak yang menghubungi saya Dirut Bulog kenapa tidak impor kedelai dalam jumlah besar, sehingga harga kedelai untuk tempe bisa dikurangi. Saya jelaskan kalau Bulog itu harus melalui penugasan. Nah, akhirnya mereka baru tau kalau Bulog tidak bisa impor tanpa penugasan," keras dia mengakhiri.
Sebelumnya, Ketua Sahabat Perajin Tempe Pekalongan (SPTP), Mua'limin meminta pemerintah Jokowi berani mengambil terobosan untuk mengendalikan harga kedelai impor. Salah satunya dengan memberi wewenang penuh terhadap Perum Bulog sebagai importir tunggal komoditas utama bahan pembuat tempe tersebut.
"Harga kedelai (impor) ini terlalu besar sekali kenaikannya. Biasanya per kuintal itu harga kedelai impor antara Rp600.000 sampai Rp700.000, sekarang sudah Rp900.000 sampai Rp950.000. Harapannya saya kepada pemerintah, khususnya Presiden Jokowi supaya bisa menurunkan atau mengendalikan harga kedelai impor bisa ditangani langsung oleh Bulog aja sendiri," kata dia saat dihubungi Merdeka.com, Selasa (5/1).
Mua'limin menyakini, melalui cara tersebut pemerintah akan dimudahkan untuk melakukan pengawasan terhadap harga kedelai impor. Menyusul importir yang ada, yakni Bulog merupakan kepanjangan tangan langsung pemerintah.
"Kalau wewenang importir dialihkan semua ke Bulog saya yakin harga (kedelai) jadi bisa dikontrol," jelasnya.
Selain itu, berkurangnya jumlah importir komoditas kedelai juga diharapkan akan membasmi praktik permainan harga. Mengingat, jumlah importir yang terlampau banyak justru dianggap menyulitkan pemerintah maupun otoritas dalam upaya penindakan praktik kotor tersebut.
"Soalnya selama ini kita menduga ada oknum importir yang bisa memainkan harga kedelai ini. Kalau harga naik kayak gini, otomatis kita rakyat kecil yang dirugikan," seru dia mengakhiri.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kedelai Impor Rp 9.500 per Kg, Siap-Siap Harga Tahu dan Tempe Naik
Kementerian Perdagangan (Kemendag) memprediksi harga kedelai impor pada bulan Februari diperkirakan menjadi berkisar Rp9.500/kg di tingkat pengrajin tahu dan tempe.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Syailendra, mengatakan akan dapat terjadi penyesuaian kembali harga tahu yang sebelumnya Rp600/potong menjadi berkisar Rp650/potong dan harga tempe yang sebelumnya Rp15.000/kg menjadi berkisar Rp16.000/kg.
“Kenaikan harga kedelai di tingkat pengrajin tahu dan tempe tersebut merupakan dampak pergerakan harga kedelai dunia sejak pertengahan tahun lalu hingga sekarang,” kata Syailendra, Minggu (31/1/2021).
Bersumber dari Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai dunia pada Desember 2020 masih sebesar USD 13,12/bushels untuk penyediaan pada Januari 2021. Pada saat ini, harganya telah naik 4,42 persen menjadi USD 13,7/bushels untuk penyediaan kedelai pada Februari.
“Meski demikian, diharapkan harga kedelai dunia dapat segera terkoreksi menurun pada periode selanjutnya. Saat ini harga kedelai impor di tingkat pengrajin tahu dan tempe secara umum berada di kisaran Rp9.100/kg s.d. Rp9.200/kg,”ujarnya.
Lanjutnya, terjadi kenaikan harga kedelai dunia yang mencapai 30 persen sebelumnya, mulai paruh kedua tahun lalu hingga akhir 2020. Hal itu berdampak pada penyesuaian harga tahu dan tempe di pasar yang naik menjadi rata-rata 20 persen, mengingat kedelai memberikan kontribusi yang cukup besar sebagai bahan baku produksi tahu dan tempe.
“Penyesuaian harga tahu dan tempe di pasar merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Sebabnya, mayoritas kebutuhan kedelai Indonesia masih dipenuhi melalui impor dan dipengaruhi pergerakan harga kedelai dunia yang berdampak pada harga bahan baku kedelai untuk tahu dan tempe di Indonesia,” katanya.
Demikian Kemendag akan memantau dan mengevaluasi pergerakan harga kedelai dunia baik ketika terjadi penurunan ataupun kenaikan harga, guna memastikan harga kedelai di tingkat pengrajin tahu dan tempe serta harga tahu dan tempe di pasar masih pada tingkat yang wajar.
Kemendag juga mengimbau para importir yang memiliki stok kedelai untuk terus memasok kedelai secara kontinu kepada pengrajin tahu dan tempe anggota Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo), baik di Puskopti provinsi maupun Kopti kabupaten/kota seluruh Indonesia.
“Diharapkan produksi tahu dan tempe tetap terus berjalan dan masyarakat masih tetap mendapatkan tahu dan tempe dengan harga terjangkau,” pungkasnya.
Advertisement
Mendag Janji Harga Tahu Tempe Stabil, Ini Strateginya
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi berjanji kepada para pedagang di pasar untuk memberikan update harga tahu dan tempe setiap bulannya.
Upaya ini dilakukan untuk mencegah terjadinya lonjakan harga seperti yang terjadi beberapa whari lalu.
"Yang terjadi sekrang harga tempe 1 kilogram itu Rp 13 ribu hingga Rp 15 ribu. Saya berjanji Kementerian Perdagangan setiap akhir bulan akan memberikan estimasi harga wajar untuk tahu dan tempe," ungkap Mendag dalam Konferensi pers trade Outlook 2021, Senin (11/1/2021).
Demi penentuan harga estimasi setiap bulannya, Mendag juga akan berkoordinasi dengan para importir kedelai dan pengrajin tahu dan tempe.
Dijelaskan Mendag, kondisi yang terjadi saat ini adalah adanya kenaikan harga kedelai di dunia. Ini disebabkan melonjaknya permintaan China ke Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya 15 juta ton menjadi 30 juta ton.
Untuk itu, hal ini tak bisa dihindari mengingat kebutuhan kedelai Indonesia 90 persen masih impor dari AS, Brazil dan Argentina.
Meskipun mekanisme tata niaganya terkait kedelai saat ini tidak lagi di Kementerian Perdagangan, namun Mendag memastikan harga tahu dan tempe akan terkendali ke depannya.
“Harga dan berapa impor yang diatur oleh Kementerian Perdagangan. Hanya Menteri Perdagangan yang bisa tahu untuk menyiasati pasar dan rakyat Indonesia tidak akan menjadi menjadi korban kenaikan atau penurunan harga kedelai tersendiri,” pungkas Mendag.