Kedelai Impor Rp 9.500 per Kg, Siap-Siap Harga Tahu dan Tempe Naik

Kemendag memprediksi harga kedelai impor pada bulan Februari diperkirakan menjadi berkisar Rp9.500/kg

oleh Tira Santia diperbarui 31 Jan 2021, 19:35 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2021, 19:31 WIB
Perajin Tahu Kembali Berproduksi
Pekerja menuang kedelai rebus saat proses pembuatan tahu di Jakarta, Senin (4/1/2021). Setelah melakukan mogok produksi selama 1 hingga 3 Januari 2021 akibat naiknya harga kacang kedelei impor, kini para perajin tahu mulai kembali beroperasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) memprediksi harga kedelai impor pada bulan Februari diperkirakan menjadi berkisar Rp9.500/kg di tingkat pengrajin tahu dan tempe.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Syailendra, mengatakan akan dapat terjadi penyesuaian kembali harga tahu yang sebelumnya Rp600/potong menjadi berkisar Rp650/potong dan harga tempe yang sebelumnya Rp15.000/kg menjadi berkisar Rp16.000/kg.

“Kenaikan harga kedelai di tingkat pengrajin tahu dan tempe tersebut merupakan dampak pergerakan harga kedelai dunia sejak pertengahan tahun lalu hingga sekarang,” kata Syailendra, Minggu (31/1/2021).

Bersumber dari Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai dunia pada Desember 2020 masih sebesar USD 13,12/bushels untuk penyediaan pada Januari 2021. Pada saat ini, harganya telah naik 4,42 persen menjadi USD 13,7/bushels untuk penyediaan kedelai pada Februari.

“Meski demikian, diharapkan harga kedelai dunia dapat segera terkoreksi menurun pada periode selanjutnya. Saat ini harga kedelai impor di tingkat pengrajin tahu dan tempe secara umum berada di kisaran Rp9.100/kg s.d. Rp9.200/kg,”ujarnya.

Lanjutnya,  terjadi kenaikan harga kedelai dunia yang mencapai 30 persen sebelumnya, mulai paruh kedua tahun lalu hingga akhir 2020. Hal itu berdampak pada penyesuaian harga tahu dan tempe di pasar yang naik menjadi rata-rata 20 persen, mengingat kedelai memberikan kontribusi yang cukup besar sebagai bahan baku produksi tahu dan tempe.

“Penyesuaian harga tahu dan tempe di pasar merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Sebabnya, mayoritas kebutuhan kedelai Indonesia masih dipenuhi melalui impor dan dipengaruhi pergerakan harga kedelai dunia yang berdampak pada harga bahan baku kedelai untuk tahu dan tempe di Indonesia,” katanya.

Demikian Kemendag akan memantau dan mengevaluasi pergerakan harga kedelai dunia baik ketika terjadi penurunan ataupun kenaikan harga, guna memastikan harga kedelai di tingkat pengrajin tahu dan tempe serta harga tahu dan tempe di pasar masih pada tingkat yang wajar.

Kemendag juga mengimbau para importir yang memiliki stok kedelai untuk terus memasok kedelai secara kontinu kepada pengrajin tahu dan tempe anggota Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo), baik di Puskopti provinsi maupun Kopti kabupaten/kota seluruh Indonesia.

“Diharapkan produksi tahu dan tempe tetap terus berjalan dan masyarakat masih tetap mendapatkan tahu dan tempe dengan harga terjangkau,” pungkasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Mendag Janji Harga Tahu Tempe Stabil, Ini Strateginya

Harga kacang kedelain terus menunjukan kenaikan, seiring dengan menipisnya cadangan kedelai dalam negeri di tengah belum masuknya pasokan kedelain impor dari Amerika Serikat.
Harga kacang kedelain terus menunjukan kenaikan, seiring dengan menipisnya cadangan kedelai dalam negeri di tengah belum masuknya pasokan kedelain impor dari Amerika Serikat. (liputan6.com/Jayadi Supriadin

Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi berjanji kepada para pedagang di pasar untuk memberikan update harga tahu dan tempe setiap bulannya.

Upaya ini dilakukan untuk mencegah terjadinya lonjakan harga seperti yang terjadi beberapa whari lalu.

"Yang terjadi sekrang harga tempe 1 kilogram itu Rp 13 ribu hingga Rp 15 ribu. Saya berjanji Kementerian Perdagangan setiap akhir bulan akan memberikan estimasi harga wajar untuk tahu dan tempe," ungkap Mendag dalam Konferensi pers trade Outlook 2021, Senin (11/1/2021).

Demi penentuan harga estimasi setiap bulannya, Mendag juga akan berkoordinasi dengan para importir kedelai dan pengrajin tahu dan tempe.

Dijelaskan Mendag, kondisi yang terjadi saat ini adalah adanya kenaikan harga kedelai di dunia. Ini disebabkan melonjaknya permintaan China ke Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya 15 juta ton menjadi 30 juta ton.

Untuk itu, hal ini tak bisa dihindari mengingat kebutuhan kedelai Indonesia 90 persen masih impor dari AS, Brazil dan Argentina.

Meskipun mekanisme tata niaganya terkait kedelai saat ini tidak lagi di Kementerian Perdagangan, namun Mendag memastikan harga tahu dan tempe akan terkendali ke depannya.

“Harga dan berapa impor yang diatur oleh Kementerian Perdagangan. Hanya Menteri Perdagangan yang bisa tahu untuk menyiasati pasar dan rakyat Indonesia tidak akan menjadi menjadi korban kenaikan atau penurunan harga kedelai tersendiri,” pungkas Mendag.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya