Daya Beli Belum Pulih, Harga Pangan Jelang Ramadan Bakal Stabil?

Langkah antisipatif diperlukan karena menyikapi adanya potensi kenaikan permintaan barang pokok, terutama menjelang Ramadan dan Lebaran.

oleh Andina Librianty diperbarui 05 Mar 2021, 13:10 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2021, 13:10 WIB
Harga Sembako Berpotensi Naik Jelang Natal dan Tahun Baru
Warga membeli kebutuhan sembako di Pasar Kebayoran, Jakarta, Senin (21/12/2020). Kenaikan permintaan bahan pokok berpotensi kembali terjadi pada akhir tahun seiring dengan perayaan Natal dan Tahun Baru 2021. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) merespons arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjaga stok dan stabilitas harga bahan pokok menjelang Ramadan dan Lebaran 2021. Pemerintah pun menyoroti tiga hal yang menjadi alasan untuk menjaga stok dan stabilitas harga.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan, Oke Nurwan, mengatakan pemerintah perlu mengambil langkah antisipatif untuk memastikan ketersediaan harga dan kebutuhan pokok stabil, meski daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih.

"Walau ada perkiraan daya beli masyarakat belum pulih sepenuhnya, kita perlu mengambil langkah antisipatif untuk memastikan ketersediaan harga dan kebutuhan pokok ini stabil," kata Oke dalam Diskusi Panel Ketersediaan dan Stabilisasi Harga Bapok pad Jumat (5/3/2021).

Kedua, langkah antisipatif ini juga diperlukan karena menyikapi adanya potensi kenaikan permintaan barang pokok, terutama menjelang Ramadan dan Lebaran yang dapat membuat kenaikan harga. Pasalnya, kenaikan harga itu akan memicu inflasi.

"Ketiga, kita menghadapi cuaca atau iklim yang dapat mengganggu produksi dan distribusi di dalam negeri. Ketiga hal itu dipastikan tidak mengganggu, dan dengan diskusi ini kita bisa antisipasi persediaan dan stabilisasi menjelang Ramadan dan Lebaran," jelasnya.

Oke mengungkapkan, pemerintah dalam beberapa tahun terakhir berhasil menjaga stok dan stabilitas harga kebutuhan pokok. Pada periode 2019 hingga 2020, misalnya, hal tersebut dinilai berjalan sangat baik karena seluruh pihak telah berkolaborasi untuk mengantisipasi ketersediaan dan stabilisasi harga.

Berdasarkan data Kemendag, Oke mengungkapkan pada 2019 hingga 2020, inflasi pada bulan puasa dan Lebaran kurang dari satu persen. Selain itu, inflasi volatile food pada Ramadan dan Lebaran 2021 mendekati 2 persen.

"Angka-angka ini seyogyanya menjadi benchmark dalam mengambil langkah-langkah antisipatif menjelang Ramadan dan Lebaran 2021," jelasnya.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Harga Cabai Tembus Rp 125 Ribu per Kg, Pedagang: Ini Kenaikan Tertinggi dan Terlama

FOTO: Harga Cabai Rawit Merah Tembus Rp 120 Ribu per Kg
Tumpukan cabai rawit merah yang dijual di Pasar Senen, Jakarta, Kamis (4/3/2021). Naiknya harga cabai rawit merah di pasaran saat ini disebabkan oleh produksi yang sangat rendah sehingga pasokan di pasaran tidak bisa memenuhi tingginya permintaan. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Harga cabai rawit merah di berbagai daerah terus mengalami kenaikan, hingga tembus diangka Rp 120 ribu per kg. Hal itu disebabkan minimnya pasokan dari para petani cabai yang memilih tidak memproduksi.

Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri, mengatakan bahkan harga cabai rawit merah tembus di harga Rp 125 ribu per kg. Ia menyebut kenaikan ini merupakan kenaikan terlama dan tertinggi.

“Cabai rawit merah itu sudah tidak hanya Rp 120 ribu bahkan sudah Rp 125 ribu, ini membahayakan sebenarnya,” kata Abdullah saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (4/3/2021).

Kata Abdullah, kenaikan ini sudah masuk ke 3 bulanan dan terbukti bahwa pemerintah tidak bisa mengendalikan harga cabai.

Lebih lanjut ia memaparkan penyebab harga cabai rawit merah mahal dikarenakan 2 faktor. Pertama, faktor kepercayaan diri petani. Kemudian  faktor kedua menyangkut cuaca yang beberapa bulan ini Indonesia selalu dilanda hujan lebat.

“Saya akan sampaikan penyebab dari hulu ke hilir, sekitar 4 atau 5 bulan yang lalu itukan panen raya harganya drop sehingga petani sudah tidak mau produksi lagi karena harganya drop,” ujarnya.

Faktor Cuaca

FOTO: Harga Cabai Rawit Merah Tembus Rp 120 Ribu per Kg
Pedagang merapikan cabai rawit merah yang dijual di Pasar Senen, Jakarta, Kamis (4/3/2021). Naiknya harga cabai rawit merah di pasaran saat ini disebabkan oleh produksi yang sangat rendah sehingga pasokan di pasaran tidak bisa memenuhi tingginya permintaan. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Faktor kedua adalah faktor cuaca, beberapa daerah hujan deras dan memang petani masih bertahan tidak mau memproduksi cabai pasca drop, dan para petani mengkhawatirkan harga cabai rawit merah drop lagi.

Oleh karena itu, perlu dilakukan pemetaan wilayah produksi. Wilayah produksi mana saja agar masyarakat tidak terlalu banyak yang menanam cabai, sehingga para petani sebagian bisa menanam yang lain. Jika memang pasokan cabai rawit merah kurang, maka mereka bisa menanam.

“Jadi harus ada pemerataan wilayah produksi dan ini harus disiapkan jauh-jauh hari, karena harga cabai kenaikannya setiap tahun pasti naik tapi ini kenaikan terlama, terpanjang, dan tertinggi menurut saya mengenai harga cabai rawit merah,” pungkasnya.   

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya