Telan Rp 500 Miliar, Depo Cipinang jadi Bengkel Kereta Api Terbesar di Indonesia

Pembangunan Depo Lokomotif Cipinang, Jakarta Timur, mendapatkan anggaran sebesar Rp 500 miliar.

oleh Andina Librianty diperbarui 20 Mar 2021, 18:30 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2021, 18:30 WIB
Melihat Perbaikan Rel Kereta di Depo Cipinang
Pekerja menyelesaikan pengerjaan rangkaian rel di Depo Cipinang, Jakarta, Sabtu (16/11/2019). Proyek pembangunan Double-Double Track yang rampung pada awal 2019 masih dalam perbaikan di lajur Depo Cipinang. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, mengatakan pembangunan Depo Cipinang, Jakarta Timur, mendapatkan anggaran sebesar Rp 500 miliar. Ini merupakan depo kereta api terbesar di Indonesia saat ini.

Depo lokomotif ini merupakan bagian dari proyek pembangunan jalur rel dwi ganda atau double-double track Manggarai-Cikarang. Depo ini sudah beroperasi pada Januari 2021.

"Depo Cipinang adalah Depo paling besar sekarang ini. Kami mendapatkan uang fiskal hampir Rp 500 miliar untuk ini saja," kata Budi di Depo Lokomotif Cipinang, Jakarta Timur pada Sabtu (20/3/2021).

"Di Depo ini ada kereta api yang kita kontrol setiap hari. Ada juga yang setiap pekan, bulanan, dan enam bulanan. Setelah dinyatakan ini fit, baru bisa beroperasi," sambungnya.

Depo Cipinang di bangun di atas tanah seluas kurang lebih 90.000 m², setelah berkoordinasi dengan pihak PT. KAI dengan berbagai pertimbangan produktifitas disarankan beberapa perubahan terhadap jumlah track dan dimensi bangunan, serta reposisi bangunan menyesuaikan kebutuhan operasional.

Depo Cipinang terbagi menjadi 2 wilayah operasional diantaranya Wilayah Operasional Depo Lokomotif dan Wilayah Operasional Depo Kereta.

Depo Cipinang merupakan depo yang dibangun oleh Kemhub. Pembangunannya di laksanakan pada 2016 yang terdiri dari beberapa kegiatan antara lain: Gedung, Track , Sinyal, dan Peralatan Depo.

"Asalnya Depo tempat parkir itu ada di beberapa tempat, kami satukan di sini," tutur Budi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Menhub Tinjau Tampilan Modern Stasiun Jatinegara ala Eropa

Penggunaan GeNose C19 untuk Pengecekan COVID-19 Akan Diterapkan di Terminal dan Stasiun
Menhub Budi Karya Sumadi tiba untuk dites dengan GeNose C19 di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta, Minggu (24/1/2021). Menhub akan mengimplementasikan penggunaan GeNose C19 sebagai alat pendeteksi COVID-19 pada calon penumpang di terminal dan stasiun kereta. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, meninjau tampilan baru Stasiun Jatinegara. Stasiun Jatinegara saat ini memiliki dua lantai, dan dinilai akan memberikan pelayanan yang lebih baik.

"Kita lihat bahwa Jatinegara sudah selesai dengan elevated, dan bisa dilihat bahwa yang tadinya satu lantai. Artinya, perlintasan dari orang-orang melalui rel-rel sekarang ini sudah elevated sehingga pelayanan ya menjadi lebih bagus," kata Budi Karya di Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur, pada Sabtu (20/3/2021).

Diungkapkannya, hal serupa juga akan dilakukan di Stasiun Manggarai sebagai stasiun pusat untuk keluar kota. Pemerintah, kata Budi, menugaskan Dirjen Kereta Api untuk menyiapkan prasarana kereta api dengan anggaran yang besar.

"Oleh karena itu saya sampaikan terima kasih kepada pak Presiden dan Ibu Sri Mulyani (Menkeu), dimana satu tahun itu Dirjen Kereta Api dialokasikan lebih dari Rp 10 sampai Rp 17 triliun, " jelas Budi Karya.

Bangunan baru Stasiun Jatinegara ini dibuat dengan gaya arsitektur modern minimalis, yaitu gaya arsitektur Eropa yang mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan di Indonesia. Desain ini menggantikan overcapping Stasiun lama peninggalan Staatsspoorwegen. 


Pembangunan DDT Paket A

Stasiun Jatinegara.
Stasiun Jatinegara. (Liputan6.com/Andina Librianty)

Stasiun Jatinegara baru ini merupakan salah satu bagian kegiatan pembangunan DDT Paket A (Pembangunan Jalur Dwiganda Manggarai–Cikarang) yang mulai konstruksi pada 2016.

Pembangunan stasiun ini dilakukan dengan menambah bangunan stasiun di atas jalur kereta eksisting yang lebih luas. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan jumlah penumpang yang naik turun di stasiun ini semakin bertambah.

Selain penambahan luas pelayanan stasiun, hal lain yaitu menghilangkan level crossing yang diubah menjadi over pass. Jika selama ini penumpang harus menyeberangi rel jika berpindah peron, maka dengan over pass ini pengguna jasa lebih mudah dan aman jika melakukan perpindahan peron.

Selain itu, stasiun baru ini dilengkapi dengan fasilitas pelayanan yang lebih baik misalnya escalator dan lift untuk memudahkan penumpang, khususnya penumpang disabilitas.

Pada lantai pertama terdapat berbagai fasilitas umum seperti Mushola, tempat wudhu, toilet pria dan wanita, toilet untuk penyandang disabilitas, ruang kesehatan, ruang laktasi, ticket control, loket, serta berbagai ruangan kantor dan pantry.

Untuk Konektivitas intermoda antar Kereta Jarak Jauh (Intercity) dan KRL terakomodir dengan adanya gate tiket di dalam area peron. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya