Alih Kelola Blok Rokan Harus Disertai Infrastruktur Kelistrikan

Pemerintah harus turun tangan menyelesaikan permasalahan pasokan listrik Blok Rokan.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 22 Apr 2021, 15:30 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2021, 15:30 WIB
Blok Rokan. Dok Pertamina
Blok Rokan. Dok Pertamina

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, listrik dan uap yang memasok Blok Rokan berasal dari PT Mandau Cipta Tenaga Nusantara (MCTN) sejak tahun 1998.

Adapun pasokannya mencapai 270 MW dan 265 Barrel Stream Per Day (BPSD) untuk mensuplai wilayah selatan Blok Rokan atau tepatnya di Minas. Sedangkan 265 BPSD digunakan untuk mensuplai wilayah utara atau Duri.

"Pemenuhan kebutuhan listrik dan uap yang lain di suplai oleh Pembangkit Listrik Central Duri Gas Turbin dan Minas Gas Turbin dengan kapasitas listrik 130 MW dan uap 70 BPSD," kata Mamit, di Jakarta, Kamis (22/4/2021).

Mamit mengungkapkan, berdasarkan informasi dari SKK Migas, setiap tahun Chevron membayar sebesar USD 80 juta untuk sewa listrik dan steam kepada MCTN dan itu masuk ke dalam biaya yang ditagihkan kembali kepada pemerintah atau cost recovery.

Menurut Mamit, dengan digantikannya biaya tersebut oleh negara, maka aset MCTN harus dikembalikan kepada negara karena pemerintah sudah membayar semua biaya investasi yang dilakukan untuk membangun fasilitas listrik dan uap milik MCTN. Namun, MCTN tidak mau memberikan aset yang mereka miliki kepada pemerintah.

Mamit menambahkan, pemerintah harus turun tangan menyelesaikan permasalahan pasokan listrik Blok Rokan ini. Pasalnya, dapat mengganggu kegiatan produksi minyak blok migas yang menjadi tulang punggung negara tersebut.

"Pemerintah dalam hal Kementerian ESDM dan SKK Migas harus segera turun tangan dan menyelesaikan persoalan ini," ujarnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Proyek Pipa ke Blok Rokan Bakal Angkut Minyak 200 Ribu BPH

banner Blok Rokan
banner Blok Rokan (Liputan6.com/Triyasni)

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) terapkan ekspansi layanan gas bumi dengan membangun infrastruktur andalan, untuk menopang kinerja bisnis dan pemulihan ekonomi saat pandemi Covid-19.

Sekretaris Perusahaan PGN, Rachmat Hutama mengatakan, beroperasinya sejumlah infrastruktur pipa gas bumi akan meperluas layanan gas bumi, ini upaya untuk membantu pemulihan ekonomi nasional dan menjadi penopang penguatan bisnis perseroan.

“PGN optimis kinerja bisnisnya di tahun 2021 akan terus membaik. Selain pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19 yang diperkirakan berjalan lebih cepat,” kata Rachmat, di Jakarta, Senin (12/3/2021).

Beberapa proyek infrastruktur yang bakal menjadi mendorong pertumbuhan bisnis PGN diantaranya adalah pembangunan pipa minyak ke Blok Rokan di Riau. Dengan panjang kurang lebih 367 KM, pipa ini berpotensi mengangkut minyak kurang lebih 200 ribu - 265 ribu barel per hari (bph) dan ditargetkan akan komersial pada akhir 2021.

Pipa minyak rokan merupakan salah satu proyek energi terbesar yang mencetak efisiensi anggaran sebesar Rp 2,1 triliun. Hal ini selaras dengan kondisi pandemi yang menuntut tingkat efisiensi tinggi dalam pelaksanaan kegiatan investasi dan operasi.

Kehadiran jaringan Pipa Minyak Rokan juga akan memperkuat portofolio dan meningkatkan pendapatan transportasi migas Perseroan, meningkatkan lifting dari Blok Rokan, serta mendorong tingkat efisiensi biaya pelaksanaan proyek strategis nasional.

Proyek infrastruktur transmisi lain yang berpotensi menjadi tulang punggung baru dalam pemanfaatan gas bumi adalah selesainya pembangunan pipa gas transmisi Gresik-Semarang oleh PT Pertagas. Ruas ini ditargetkan dapat merealisasikan kepastian penyaluran pasokan gas bumi di Jawa Tengah.

Jaringan pipa transmisi ini sepanjang 267 KM dengan kapasitas pengaliran gas maksimal sekitar 400 MMSCFD.

Melalui Afiliasi Saka Energy Muriah Ltd. (SEML), PGN menyalurkan gas dari Lapangan Kepodang untuk Pembangkit Listrik Tambak Lorok Jawa Tengah dengan potensi pengaliran gas sebesar 10-15 BBTUD.

Penyaluran gas dari Lapangan Kepodang ke Pembangkit Listrik Tambak Lorok menggunakan infrastruktur Pipa Tranmisi Kalija I yang dikelola oleh PT Kalimantan Jawa Gas (KJG) dengan panjang ± 201 KM.

Kemudian interkoneksi Pipa SSWJ dan Pipa WJA yang akan melayani RU Balongan dan sejumlah industri besar seperti Krakatau Steel, Pupuk Kujang serta Bekasi Power. Integrasi infrastruktur ini akan dapat mendorong efisiensi biaya investasi dan operasi, serta memperluas penyaluran gas ke wilayah-wilayah baru di Jawa bagian barat.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya