KKP Pilih Pasaman Jadi Sentra Ikan Air Tawar di Sumatera

Sektor perikanan di Kabupaten Pasaman memiliki luas areal perikanan pada 2019 mencapai 4.332 hektare, dengan jumlah produksi sebanyak 53.540,26 ton.

oleh Andina Librianty diperbarui 27 Apr 2021, 11:30 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2021, 11:30 WIB
Potret Petani Kerambah Jaring Apung Waduk Jatiluhur
Petani ikan tawar kerambah jaring apung beraktivitas di Desa Panyinangan Kecamatan Sukatani, Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, (9/2). Petani merasa tidak berani untuk menabur benih ikan air tawar karena curah hujan tinggi. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Kabupaten Pasaman merupakan wilayah dengan subsektor perikanan budidaya terbesar di Sumatera Barat. Oleh karena itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) bertujuan menjadikan Pasaman sebagai sentra produksi ikan mas unggul di Pulau Sumatera.

Sektor perikanan di Kabupaten Pasaman memiliki luas areal perikanan pada 2019 mencapai 4.332 hektare, dengan jumlah produksi sebanyak 53.540,26 ton.

Saat ini, Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) BRSDM, tengah menjalin kerja sama pengembangan ikan unggul di Kabupaten Pasaman. Pasaman sendiri merupakan salah satu sentra budidaya ikan mas di wilayah Sumatera, yang merupakan mitra BRPI dalam kegiatan pengembangan ikan mas hibrida unggul tersebut.

"Kami berharap, Pasaman akan menjadi sentra produksi ikan mas ke depan, tidak hanya di Sumatera Barat melainkan di Pulau Sumatera. Sama halnya dengan Subang di Jawa Barat," papar Kepala BRPI, Joni Haryadi, dalam keterangannya pada Selasa (27/4/2021).

Ikan mas hibrida yang tengah dikembangkan di Pasaman memiliki sejumlah keunggulan, salah satunya tahan terhadap virus koi herpes virus (KHV), yang telah dirilis dan tersebar di masyarakat sampai 98 persen. Selain tahan penyakit KHV, ikan mas hibrida juga tumbuh cepat. Selama pemeliharaan 3 bulan, benih yang berukuran 10 gram per ekor bisa tumbuh hingga rata-rata 200-300 gram per ekor.

"Sebagian benih tersebut bahkan tumbuh hingga mencapai ukuran 400-500 gram per ekor. Pertumbuhan ini cukup cepat dibandingkan beberapa jenis ikan mas lokal yang biasa di budidaya di kolam air deras oleh masyarakat," tutur Joni.

Pihaknya pun berharap, pengembangan ikan mas hibrida oleh BRPI dapat memberikan manfaat kepada masyarakat pembudidaya di Pasaman. Selain itu, budidaya yang dilakukan di BBI Lundar ini dapat menjadi role model kegiatan budidaya oleh masyarakat luas.

Selain ikan mas hibrida, BRPI juga tengah mengembangkan varietas perikanan unggul lainnya seperti ikan nila srikandi, gurame, lele mutiara, ikan patin perkasa serta udang galah.

Pemerintah Kabupaten Pasaman melalui Kepala Dinas Perikanan, M. Dwi Richie pun menyambut baik kerja sama di bidang pengembangan varietas unggul baru ikan mas hibrida ini. Pihaknya berharap ikan mas hibrida tersebut dapat diberi nama kedaerahan khususnya terkait dengan Pasaman.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Peningkatan Produktivitas

Potret Petani Kerambah Jaring Apung Waduk Jatiluhur
Suasana di Desa Panyinangan Kecamatan Sukatani, Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, (9/2). Petani merasa tidak berani untuk menabur benih ikan air tawar seperti bujaer, ikan mas dikarenakan curah hujan yang tinggi. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Keberhasilan kerja sama riset dan pengembangan ikan mas hibrida ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas usaha budidaya ikan mas di wilayah Pasaman dan sekitarnya.

"Selanjutnya ikan mas unggul tersebut juga diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut oleh Dinas Perikanan Kabupaten Pasaman, yang pelaksanaannya selalu melibatkan BRPI sebagai mitra kerja samanya," ucap Richie.

Melalui adanya pengembangan ikan mas unggul tersebut, KKP dan Pemda Kabupaten Pasaman berharap dapat memenuhi kebutuhan benih secara lebih luas di wilayah Sumatera Barat pada khususnya dan Pulau Sumatera pada umumnya, seperti di Sumatera Utara, Jambi, Riau, Sumatera Selatan, dan wilayah lainnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya