Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik lebih dari 1 persen pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta). Kenaikan ini menempatkan harga komoditas tersebut di posisi tertinggi dalam 8 pekan.
Penyebab kenaikan harga minyak yang cukup tinggi ini adalah optimisme dari pelaku pasar akan kenaikan permintaan energi sebagai dampak dari pemulihan ekonomi.
Mengutip CNBC, Kamis (13/5/2021), harga minyak mentah berjangka Brent naik 74 sen atau 1,1 persen menjadi USD 69,29 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 75 sen atau 1,2 persen menjadi USD 66,03 per barel.
Advertisement
Kenaikan harga ini menempatkan kedua tolok ukur harga minyak dunia di jalur untuk penutupan tertinggi sejak 11 Maret. Di awal sesi, WTI di jalur untuk penutupan tertinggi sejak 29 Oktober 2018 dan Brent untuk penutupan tertinggi sejak 28 Mei 2019.
Berdasarkan data mingguan pemerintah, ekspor minyak mentah AS turun minggu lalu menjadi sekitar 1,8 juta barel per hari (bph), terendah sejak Oktober 2018. Sementara persediaan minyak mentah turun 0,4 juta barel dibandingkan dengan perkiraan penarikan 2,8 juta barel.
"Penurunan ekspor adalah elemen bullish yang menjaga perdagangan tetap terjaga," jelas analis energi dari CHS Hedging, Tony Headrick.
"penurunan persediaan ditambah dengan kurangnya ekspor adalah pertanda baik bagi harga minyak." tambah dia.
Analis melihat satu faktor yang membebani kenaikan harga minyak pada perdagangan Rabu sore adalah laporan inventaris AS yang juga menunjukkan total produk minyak yang dipasok turun 2,2 juta barel per hari menjadi 17,5 juta barel per hari.
Itu adalah penurunan mingguan terbesar mereka dan permintaan mingguan terendah sejak Januari.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Prediksi
The International Energy Agency (IEA) mengatakan dalam laporan bulanannya bahwa permintaan minyak sudah melebihi pasokan dan kekurangan diperkirakan akan melebar bahkan jika Iran meningkatkan ekspor.
Demikian pula, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Selasa berpegang pada perkiraan untuk pemulihan yang kuat dalam permintaan minyak dunia pada tahun 2021, dengan pertumbuhan di China dan Amerika Serikat lebih besar daripada dampak krisis virus korona di India.
"Harga minyak hari ini mengalami peningkatan pada prospek permintaan positif yang dirilis oleh OPEC dan IEA, yang keduanya keluar dengan konsensus serupa bahwa permintaan minyak rata-rata 96,4 juta barel per hari pada 2021," kata Louise Dickson, analis pasar minyak di Rystad Energy.
Advertisement