Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, kinerja sektor transportasi sudah mulai membaik sejak dihantam pandemi Covid-19 setahun silam.
Menurutnya, tahun lalu, kondisinya lebih parah dibandingkan saat ini. Oleh karenanya, pemerintah harus mengencangkan sabuk untuk terus memperketat protokol kesehatan pada bisnis transportasi.
Baca Juga
"Tahun lalu, di (sektor) transportasi kontraksinya paling dalam. Oleh karena itu, sekarang kita ajak untuk improve. Di tahun 2021 ini sudah membaik tapi belum terlalu membaik," ujar Menhub Budi dalam acara HUT Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) ke-48, Kamis (27/5/2021).
Advertisement
Lanjutnya, di tengah pandemi yang masih berjalan, pemerintah harus bisa fokus menangani masalah kesehatan, bersamaan dengan menjaga kinerja ekonomi. Pandemi Covid-19 harus diakhiri, oleh karenanya sektor transportasi harus mulai bergerak secara produktif.
"Kami inisiasi bagaimana penerbangan tetap berjalan baik dengan protokol kesehatan. Di bandara, pesawat, bus, kereta api. Itu tidak mudah," katanya.
Ditambah lagi, kondisi ekonomi global masih tidak pasti, ambigu, fluktuatif. Penyebabnya pun masih karena Covid-19.
"Oleh karena itu mari kita mitigasi. Saya yakin kehadiran YLKI akan memberi suatu makna dan dukungan bahwa Indonesia akan maju dan kita sepakat untuk kerjasama," kata Menhub Budi Karya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sektor Transportasi Belum Bangkit, Jadi Penyebab Indonesia Masih Resesi
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesi secara tahunan atau year on year (yoy) pada kuartal I 2021 masih terkontraksi minus 0,74 persen. Dengan begitu, Indonesia masih tertahan di jurang resesi, salah satunya akibat mobilitas di sektor transportasi yang masih tertahan.
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan, sektor transportasi beserta pergudangan masih mengalami kontraksi terdalam secara tahunan pada triwulan pertama tahun ini.
"Sektor yang masih terkontraksi sangat dalam adalah transportasi. Transportasi dan pergudangan adalah sumber kontraksi terdalam, yakni sebesar minus 0,54 persen," jelasnya dalam sesi teleconference, Rabu (5/5/2021).
Menurut lapangan usaha, sektor transportasi dan pergudangan selama kuartal I 2021 kemarin memang mengalami kontrkasi terbesar hingga negatif 13,12 persen.
"Transportasi dan Pergudangan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 13,12 persen dipengaruhi adanya pembatasan mobilitas yang berdampak pada penurunan trafik penumpang berbagai moda transportasi dan jumlah perjalanan moda transportasi," papar Suhariyanto.
Meski begitu, angka tersebut sedikit membaik dibanding triwulan sebelumnya, dimana pada kuartal IV 2020 pertumbuhan di sektor transportasi masih negatif 13,42 persen.
Secara moda transportasi, angkutan udara mengalami kontraksi terbesar hingga minus 52,45 persen. Angka tersebut juga mengalami perbaikan tipis dibanding kuartal IV 2020 yang negatif 53,81 persen.
"Per moda transportasi, yang alami kontraksi terdalam adalah angkutan udara, yakni minus 52,45 persen," ujar Suhariyanto.
Sementara transportasi angkutan darat dan laut juga masih tumbuh negatif, masing-masing sebesar minus 4,41 persen dan minus 4,21 persen. Namun demikian, angka tersebut justru memburuk di kuartal I 2021, dimana angkutan darat pada triwulan akhir 2020 tercatat minus 3,50 persen, dan angkutan laut minus 1,19 persen.
Advertisement