Umur Operasional PLTA Cirata Tinggal 36 Tahun Lagi

Umur pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata diperkirakan tinggal 36 tahun lagi. Pembangkit berkapasitas 1.008 MW tersebut berkontribusi terhadap penyediaan tenaga listrik Jawa Bali.

oleh Liputan6 diperbarui 25 Nov 2012, 08:20 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2012, 08:20 WIB
plta-cirata121125a.jpg
Liputan6.com, Jakarta: PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) memperkirakan umur pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata hanya tinggal 36 tahun lagi. Pembangkit dengan total kapasitas 1.008 megawatt (MW) tersebut berkontribusi terhadap penyediaan tenaga listrik di sistem Jawa Bali.

Menurut Direktur Utama PT PJB Susanto Purnomo, tanpa pengelolaan dan pengendalian  yang baik, dengan tingkat sedimentasi waduk sebesar 7,30 juta m3 per tahun, diperkirakan umur operasional PLTA Cirata menjadi 60 tahun dari prakiraan umur desain 100 tahun.

"Artinya setelah beroperasi selama 24 tahun sejak 1988 diperkirakan umur operasional PLTA Cirata tinggal 36 tahun lagi," kata Susanto dalam siaran persnya, Minggu (25/11/2012).

Pelestarian Waduk Cirata menjadi isu penting  terkait potensi besar yang dimiliki dan letaknya di daerah terbuka. Kondisi tersebut memungkinkan timbulnya ancaman bagi kelestarian waduk akibat pemanfaatan potensi waduk yang tidak terkendali oleh masyarakat.

Setidaknya ada empat masalah utama Waduk Cirata:


1. Rusaknya kondisi DAS Citarum dari hulu hingga hilir.

2. Pemanfaatan lahan surutan oleh petani lokal dan perkembangan usaha Keramba Jaring Apung (KJA) yang mencapai 56.000 unit, melebihi jumlah yang ditetapkan Gubernur Jawa Barat yaitu 12.000 unit (SK No. 41 tahun 2002). Padatnya KJA berkontribusi pada degradasi kualitas dan kuantitas air akibat limbah yang dihasilkannya.

3. Tingginya angka sedimentasi yang rata-rata mencapai 7,30 juta m3/tahun melampaui asumsi desain yang hanya 5,67 juta m3/tahun.

4. Alih fungsi lahan konservasi menjadi lahan budidaya dengan teknologi yang tidak ramah lingkungan.

Pemanfaatan Waduk Cirata yang tidak terkendali dilatarbelakangi berbagai faktor, antara lain terkait belum siapnya perangkat aturan, tumpang tindihnya kepentingan pembangunan daerah, dan perubahan kondisi lingkungan biofisik. Kondisi itu menimbulkan permasalahan yang menekan dan membebani daya dukung waduk dan lingkungannya.

Saat ini PT PJB tengah  menyelesaikan penyusunan  Master Plan Pengelolaan Waduk Cirata sebagai bagian dari  upaya strategis pelestarian waduk Cirata. Master Plan yang mengakomodir seluruh pemangku kepentingan tersebut  disusun  secara lengkap,  terpadu, berwawasan lingkungan dan ekonomi secara seimbang dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat.

“Semoga master plan ini dapat dijadikan  landasan bagi seluruh kegiatan pembangunan lintas sektoral terkait pemanfaatan sumberdaya air, lahan dan kelestarian lingkungan di Waduk dan PLTA Cirata,” ungkap Susanto.

Dia menjelaskan master plan Waduk Cirata disusun untuk menunjang ketahanan energi nasional. Lestarinya waduk akan menyokong operasional PLTA Cirata yang merupakan energi terbarukan yang murah dan ramah lingkungan.

"Kami mengharapkan dukungan, kerjasama dan peran aktif seluruh pemangku kepentingan dari hulu sampai hilir dalam implementasi master plan tersebut," paparnya.

Produksi listrik PLTA Cirata mempunyai peran sangat penting bagi Pemerintah khususnya PT PLN (Persero) dalam usaha meningkatkan peran renewable energi yang ramah lingkungan, juga upaya mengurangi konsumsi BBM yang semakin mahal. Pada 2012, produksi PLTA Cirata diperkirakan mencapai 1.012.GWh dan memberi penghematan penggunaan  BBM sebesar Rp 2,8 triliun. (IGW)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya