Jokowi Ingin Indonesia Kuasai Rantai Pasok Global

Presiden Jokowi mencontohkan, pada Januari hingga Mei 2021, sektor industri pengolahan telah menunjukkan kinerja yang baik di masa pandemi.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Jul 2021, 12:57 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2021, 12:55 WIB
Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi. (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia harus bisa meningkatkan peran dalam rantai pasok (supply chain) global. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak para pengusaha yang selama ini menikmati keuntungan impor berubah menjadi produsen melalui hilirisasi.

"Kita harus berupaya meningkatkan peran Indonesia dalam rantai pasok global," ujar Presiden Jokowi, Jakarta, Selasa (13/7/2021).

Presiden Jokowi mengatakan, hilirisasi jadi kunci peningkatan nilai jual suatu produk. Indonesia harus mampu meningkatkan kekuatan industri dalam negeri melalui hilirisasi.

"Yang selama ini menikmati keuntungan dengan mengimpor produk-produk dari luar negeri juga harus berubah menjadi produsen masuk ke hilirisasi dan mengambil peran dalam meningkatkan kekuatan industri dalam negeri," katanya.

Presiden Jokowi mencontohkan, pada Januari hingga Mei 2021, sektor industri pengolahan telah menunjukkan kinerja yang baik di masa pandemi. Ekspor industri pengolahan tercatat sebesar USD 66,70 miliar, atau meningkat 30,53 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020.

"Industri pengolahan juga memberikan kontribusi paling tinggi, yaitu 79,42 persen dari total ekspor sebesar USD 83,99 miliar pada periode Januari-Mei 2021," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Menteri Bahlil Bongkar Banyak Kekayaan Alam RI Hilang, Ini Penyebabnya

20151229-Bahlil Lahadalia-AY
Ketua BPP HIPMI Bahlil Lahadalia saat memberi keterangan pers di Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia mengakui bahwa banyak kekayaan alam di Indonesia yang hilang akibat tidak adanya hilirisasi. Salah satu contohnya adalah kayu.

Dia mengatakan masa keemasan Indonesia pada saat itu adalah kayu. Namun sekarang semua hutan-hutan di Indonesia ditebang baik yang ada di Pulau Kalimantan maupun Sumatera sehingga sudah habis.

"Pertanyaan berikut apakah ada perusahaan 10 besar berasal dari Indonesia yang menguasai dunia untuk hilarisasi kayu? Tidak ada. Karena kayu kita ekspor kirim barang mentah negara lain yang mendapatkan nilai tambah," kata Menteri Bahlil dalam kuliah umum di Universitas Citra Bangsa Kupang, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (22/5).

Kemudian masa keemasan kedua adalah emas. Saat ini tambang emas terbesar di Indonesia yakni Freeport sebentar lagi akan berakhir, namun tidak ada hilirisasi yang memberikan nilai tambah. Oleh karena itu, pemerintah mengambil alih untuk mengakuisisi 51 persen saham Freeport yang selama ini dikuasai oleh asing

"Ini baru dipaksa-paksa bangun smelter di masa pemerintahan Pak Jokowi mengakuisisi 51 persen saham Freeport yang selama ini dikuasai oleh asing bayangkan," tegasnya.

Selain itu kekayaan alam yang hilang adalah ikan. Indonesia memiliki perairan laut yang cukup luas, akan tetapi masih kalah saing untuk membangun industri ikan dengan Vietnam dan Thailand.

"Kenapa karena kita tidak pernah memikirkan hilirisasi. Batubara kita sudah hampir habis kita kirim terus padahal kita masih impor gas 5,4 juta dan itu pertahun dan kita tidak pernah memikirkan hilirisasi kita impor padahal itu bisa menjadi substitusi impor," jelasnya.

Nikel

Satu-satunya yang tersisa yang ada adalah nikel. Oleh sebab itu, ketika dirinya dilantik menjadi Kepala BKPM pada 2019 lalu tidak butuh waktu lama dirinya langsung membuat gebrakan melarang ekspor barang mentah nikel. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo yang menginginkan adanya hilirisasi.

"Ketika saya dilantik menjadi kepala BPKP empat hari langsung menggumumkan untuk melarang ekspor nikel. Ketika itu semua orang mendemo saya, saya bilang tidak papa mau didemo tidak papa. Satu setengah bulan saya di hajar tapi kalau bukan sekarang kita menyelesaikan kapan lagi," jelasnya.

Adanya larangan ekspor barang mentah nikel ini lantas membuat Indonesia digugat di pengadilan internasional atau WTO. Karena sejumlah negara tetap menginginkan agar Indonesia mengirimkan barang mentah tersebut untuk kemudian diolah menjadi sesuatu yang bernilai tambah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya