Krisis Rantai Pasok, Produsen Pesawat Global Lirik India jadi Penyedia Baru Suku Cadang

Produsen pesawat dunia tengah melirik India di tengah krisis rantai pasok di negara-negara barat.

oleh Natasha Khairunisa Amani Diperbarui 18 Feb 2025, 15:00 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2025, 15:00 WIB
Ilustrasi bandara, airport, penerbangan, pesawat terbang
Ilustrasi bandara, airport, penerbangan, pesawat terbang. (Image by 4045 on Freepik)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Produsen pesawat dunia tengah melirik India di tengah krisis rantai pasok di negara-negara barat.

Dikutip dari US News, Selasa (18/2/2025) Airbus, Collins Aerospace, Pratt & Whitney, dan Rolls-Royce memperluas sumber suku cadang dari India, yang mendorong pertumbuhan sektor kedirgantaraan yang sedang berkembang di negara itu.

Hical Technologies dan JJG Aero yang berbasis di Bengaluru termasuk di antara mereka yang memanfaatkan gelombang tersebut.

Pabrikan pesawat dan mesin terkemuka di Barat, yang produksinya dibatasi oleh pemogokan, pembatasan produksi, serta kekurangan suku cadang dan tenaga kerja sejak pandemi, mengatakan bahwa mereka ingin mendapat lebih banyak pasokan dari India untuk memenuhi permintaan perjalanan udara yang meningkat.

"India adalah solusi terbaik untuk tantangan rantai pasokan," kata Huw Morgan, wakil presiden senior untuk pengadaan kedirgantaraan di Rolls-Royce.

"Volume mesin kami tumbuh sekitar 20% dan rantai pasokan tradisional tidak mampu mendukungnya," ungkap Morgan.

“India adalah pasar dengan biaya terbaik,” bebernya.

Perusahaan mesin pesawat asal Inggris itu juga berencana menambah pasokan dari India selama 5 tahun ke delan.

Direktur pelaksana bersama Hical Technologies, Yashas Jaiveer mengungkapkan bahwa perusahaan itu menargetkan pertumbuhan pendapatan menjadi 5 miliar rupee dari divisi kedirgantaraannya dalam tiga tahun mendatang.

Pertumbuhan ini menandai bagian dari lonjakan kedirgantaraan Asia-Pasifik, dengan pendapatan tahun 2024 diproyeksikan tumbuh sebesar 54% di atas level tahun 2019, sementara Amerika Utara dan Eropa tetap 3% dan 4% lebih rendah, menurut perkiraan Accenture Research.

“Sebelumnya, kami mengejar pelanggan. Sekarang, mereka sama-sama tertarik untuk mengevaluasi bengkel mesin India,” beber Jhunjhunwala.

 

India Kuasai 1% Rantai Pasok Pesawat

Ilustrasi pesawat
Ilustrasi pesawat. (Image by wirestock on Freepik)... Selengkapnya

Diketahui, India merupakan pembeli pesawat terbesar di dunia, tetapi hanya menguasai 1% dari pasar rantai pasokan global, menurut Asosiasi Dirgantara India yang baru-baru ini dibentuk.

"Pasca-Covid, industri kedirgantaraan global telah mencapai titik balik. Meskipun pergeseran ini dimulai pada tahun 2020, kedirgantaraan adalah industri yang bergerak lambat — butuh waktu agar perubahan terwujud," kata Aravind Melligeri dari pemasok Aequs.

Berkat Mesin Trent 7000, Rolls-Royce Kuasai 80% Pasar Mesin Pesawat Berbadan Lebar di Indonesia

Diwartakan sebelumnya, Rolls-Royce mencatat bahwa mereka memasok sekitar 80% untuk mesin pesawat berbadan lebar di Tanah Air.

Mesin Trent 7000 pada pesawat Airbus A330 neo digunakan oleh maskapai nasional yakni Garuda Indonesia dan Lion Air.

 

Penyediaan Mesin

Melihat Bengkel Jet Tempur F-16 dan A-10 di Pangkalan Angkatan Udara Hill
Mekanik pesawat terbang melakukan perbaikan pesawat F-16 Falcon di pangkalan Angkatan Udara Hill di Ogden, Utah (20/12). Di pangkalan udara ini jet temput A-10 dan F-16 dilakukan perbaikan dan diperiksa kesiapannya. (George Frey/Getty Images/AFP)... Selengkapnya

Presiden Rolls-Royce Asia Timur dan Pasifik serta Korea Selatan, Bicky Bhangu mengungkapkan fokus perusahaan untuk menfokuskan penyediaan mesin pada pesawat menunjukkan hasil yang signifikan.

"Selama 20 tahun terakhir pangsa pasar kami meningkat lebih dari 42%, dan kami yakin tren ini akan terus berlanjut," ungkap Bhangu dalam kegiatan wawancara di Jakarta.

Bicky juga menyebut, pihaknya terus menjalin komunikasi dengan Garuda Indonesia dan Lion Air terkait mesin pesawat-nya, mengingat pembaruan pada armada perlu dilakukan.

"Kami selalu berdiskusi dengan Garuda dan Lion Air untuk memperbarui armada mereka, karena kami tahu mesin yang lebih baru lebih mudah dirawat, juga menjadi lebih efisien, jadi konsumsi bahan bakarnya juga lebih sedikit," bebernya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya