Liputan6.com, Jakarta Di dalam negeri sedang dihebohkan kabar jika bahan merek Louis Vuitton (LV) akan menjadi standar pembuatan baju dinas anggota DPRD Kota Tangerang di tahun ini.
Meski kemudian hal ini dibantah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tangerang, Gatot Wibowo "Saya luruskan dulu, kita DPRD, tidak pernah menunjuk merk tertentu," kata Gatot, Selasa (10/8/2021).
Jika memang LV akan menjadi bahan pakaian dinas, tentu harganya tidak main-main. Dan ini pun menuai kritik banyak pihak.
Advertisement
Tahu tidak merek ini yang bisa membawa pria bernama Bernard Arnault menjadi orang terkaya dunia nomor satu. Dia mampu menggeser posisi pemegang saham terbesar Amazon, Jeff Bezos.
Arnault adalah pendiri, ketua, dan eksekutif LVMH Moët Hennessy-Louis Vuitton (LVMH), konglomerat barang mewah dalam mode, perhiasan, kosmetik, serta anggur dan minuman beralkohol.
Merek yang termasuk di dalamnya, seperti Louis Vuitton, Christian Dior, Bulgari, Tag Heuer, Sephora, Hennessy, dan Tiffany.
Melansir dari Barrons, Selasa (10/8/2021), pria berusia 72 tahun ini memiliki 47 persen saham LVMH yang memiliki kapitalisasi pasar sebesar USD 402,9 miliar (Rp 5.778 triliun).
Saham LVMH naik lebih dari 35 persen pada 2021 dan telah melonjak 140 persen dari posisi terendahnya pada Maret 2020.
Adanya kenaikan saham tersebut membantu Arnault kembali menempati peringkat pertama orang terkaya di dunia.
Forbes mencatat Arnault memiliki kekayaan sebesar USD 186,3 miliar (Rp 2.674 triliun) pada pekan lalu. Kekayaan tersebut lebih tinggi USD 300 juta (Rp 4,3 triliun) dari kekayaan Jeff Bezoz dan USD 147,3 miliar (Rp 2.114 triliun) dari CEO Tesla, Elon Musk.
Saham Amazon yang turun sebesar 7,6 persen juga menjadi faktor yang membawa Arnault menempati posisi teratas. Kekayaan Bezos terpengaruh sehingga mengalami penurunan sebesar USD 13,9 miliar (Rp 199,5 triliun) dalam satu hari.
Sektor Barang Mewah Terkena Dampak Pandemi
Sektor barang mewah menjadi salah satu sektor yang paling terkena dampak pandemi tahun lalu karena ketergantungan industri pada konsumen di China, sebagai tempat virus COVID-19 berasal, dan bagian lain di Asia.
Sektor ini juga mendapatkan pukulan ketika perjalanan global semakin sedikit. Wisatawan Asia tidak dapat berbelanja ke pusat mode, seperti Paris, London, dan Milan.
Ketika China memimpin pemulihan ekonomi dari pandemi, belanja barang mewah kembali meningkat. Pada 2020, perusahaan tersebut melaporkan laba setahun sebesar EUR 8,3 miliar (Rp 141 triliun). Penurunan terjadi sebesar 28 persen dari 2019.
Akhir Juli lalu, LVMH mencatat adanya keuntungan sebesar EUR 7,6 miliar (Rp 129,1 triliun) untuk enam bulan pertama tahun 2021. Jumlah tersebut naik sebesar 44 persen dari paruh pertama 2019 dan empat kali lipat dari 2020.
Peningkatan dalam belanja barang mewah terjadi saat orang-orang terkaya di dunia menjadi semakin kaya melalui pandemi dengan total kekayaan meningkat menjadi USD 431 triliun (Rp 6.189.756 triliun) pada 2020. Hal ini didorong oleh tabungan, saham, dan real estate.
Menurut Analis Boston Consulting Group, orang-orang yang memiliki aset USD 100 juta (Rp 1,4 triliun) atau lebih, kini bertumbuh dengan cepat. Diketahui terdapat 6.000 individu ultrakaya baru. Mereka memegang 15 persen dari total kekayaan global, naik dari 12 persen pada 2019.
Reporter: Shania
Advertisement