Vaksin Merah Putih Siap Uji Klinis ke Manusia

Pengembangan vaksin merah putih ini menggunakan isolat virus dari Indonesia.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 15 Sep 2021, 16:36 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2021, 16:30 WIB
Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Muhammad Khayam dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII, DPR RI, Rabu (15/9/2021).
Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Muhammad Khayam dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII, DPR RI, Rabu (15/9/2021).

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah saat ini tengah menggenjot produksi vaksin merah putih, atau vaksin buatan dalam negeri untuk virus Covid-19. Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian perindustrian (Kemenperin) Muhammad Khayam mengatakan, uji klinis kepada manusia akan dilakukan dalam waktu dekat.

Ia mengatakan, mengacu pada timeline progres pembuatan vaksin merah putih oleh Universitas Airlangga dan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia, uji praklinis tahap satu sudah selesai dilakukan.

“Sekarang sedang dilakukan uji pra-klinis tahap kedua pada hewan uji Macaca, pelaksanaan uji klinis pada manusia juga akan dimulai dalam waktu dekat,” katanya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII, DPR RI, Rabu (15/9/2021).

Dengan capaian tersebut, ia berharap pada Januari 2022 mendatang proses uji klinis bisa masuk pada tahap tiga. Selanjutnya bisa masuk pada tahap registrasi, scale up produksi massal, hingga komersial.

Mengacu pada roadmap yang ditampilkan Khayam, pembuatan vaksin merah putih ini melalui beberapa tahapan. Pertama, pada kuartal I 2021, melakukan upscaling prototype, kemudian kuartal II 2021 masuk pada ranah uji pra-klinis.

Selanjutnya kuartal III-IV 2021, memasuki uji klinis yang mencakup tiga fase, pada tahap ini juga dilakukan pendampingan dan pengajuan EUA BPOM. Lalu, pada kuartal II-IV 2022, masuk pada tahap registrasi, dilanjutkan scale-up produksi massal di kuartal IV 2022, dan diharapkan bisa mengarah pada sektor komersial.

Ia menambahkan, pada pengembangan vaksin merah putih ini menggunakan isolat virus dari Indonesia. Artinya proses pembuatan bibit vaksinnya diambil dari sampel yang ada di Indonesia dan mengacu pada virus yang menular di Indonesia.

“Jadi lebih cocok dan efektif bagi Indonesia,” katanya.

Ia menekankan ada beberapa poin penting dalam pengembangan vaksin merah putih ini. Di antaranya kecepatan, kefektifan, dan kemandirian untuk kemaknaan Indonesia yang lebih baik dan mendukung kemandirian nasional dalam pencegahan Covid-19. 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Universitas Lain

Vaksinasi Massal di Pelabuhan Sunda Kelapa Membeludak
Tenaga kesehatan saat mengambil serum vaksin AstraZeneca di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Kamis (10/6/2021). Vaksinasi massal di Pelabuhan Sunda Kelapa yang akan berlangsung selama 4 hari ini menggunakan vaksin AstraZeneca dengan target 1.000 orang per hari. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Selain Universitas Airlangga yang bekerja sama dengan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia, ada beberapa universitas lain yang juga mengembangkan vaksin merah putih. Ia mengatakan, bahwa selain pengembangan yang dilakukan utamanya oleh Lembaga Eijkman, ada universitas lain yang juga turut mengembangkan vaksin merah putih dengan platform yang berbeda-beda.

Secara rinci diantaranya LBM Eijkman dengan platform Subunit protein rekombinan dengan Sistem Ekskresi Ragi dan Inactivated Virus. Lalu LIPI dengan Rekombinan Protein Fusi Whole Genome Sequencing Virus Sars-CoV-2.

Kemudian, Universitas Indonesia dengan vaksin DNA, mRNA, dan Virus Like Particles. Selanjutnya, ITB dengan Vector adenovirus, UNAIR dengan Adenovirus, Adeno Associated Virus Based, dan Inactivated Virus, dan UGM dengan Protein Rekombinan.

“Kami dari Kemenperin sebagai regulator yang bertanggung jawab terhadap produksi vaksin tentunya mendorong investasi yang ada dari dalam negeri maupun luar negeri terhadap pengembangan vaksin ini,” katanya.

 


Insentif

Ia mengatakan, Kemenperin saat ini berfokus pada bagaimana cara produksi ini bisa berlangsung secara berkelanjutan, termasuk dalam sektor kelayakan ekonomi. Salah satunya dengan mendorong insentif investasi.

“Insentif investasi ini, setelah masa percobaan tersebut akan masuk ke aspek komersial. Nah, ini tak lepas dari keekonomian, maka pemerintah melalui Kemenperin mendorong adanya insentif investasi,” tuturnya.

Selain insentif investasi pihaknya juga akan mempersiapkan insentif Super Deducted Tax. Gunanya sebagai insentif bagi hasil riset yang seluruhnya dilakukan di dalam negeri.

“Oleh karena itu, pemerintah akan berikan penggantian sebesar 300 persen. Ini memang peraturannya telah lebih dulu terbuat. Artinya, bagaimana konsorsium ini bisa menikmati insentif yang diberikan pemerintah,” paparnya.

Informasi, konsorsium pengembangan vaksin merah putih ini terdiri dari berbagai Lembaga, termasuk juga perusahaan-perusahaan farmasi dan perguruan tinggi.

Dikepalai Lembaga Eijkman, konsorsium memiliki mitra diantaranya Bio farma, BalitbangKes, LIPI, Balitvet, dan Perguruan Tinggi. Sementara itu di sektor kementerian dan lembaga, didalamnya ada Kementerian Perdagangan yang melingkupi terkait impor.

Lalu, BRIN yang melingkupi terkait riset, Kemenkes dan BPOM yang melingkup distribusi, serta Kemenperin yang melingkupi produksi dan manufaktur.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya