Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik pada perdagangan Senin, memperpanjang penguatan yang terjadi pada pekan kemarin. Kenaikan ini membuat harga minyak mentah AS mencapai level tertinggi dalam 7 tahun.
Pendorong kenaikan harga minyak adalah pasokan global yang ketat di tengah permintaan yang kuat di seluruh dunia karena adanya pemulihan ekonomi. Sebelumnya permintaan memang terbatas akibat adanya pandemi Covid-19.
Mengutip CNBC, Selasa (26/10/2021), harga minyak mentah berjangka Brent menetap 0,54 persen lebih tinggi ke level USD 85,99 per barel, mengikuti dari kenaikan 1,1 persen pada Jumat lalu. Kontrak tersebut mendekati level tertinggi dalam tiga tahun di USD 86,10 per barel, yang dicapai Kamis lalu.
Advertisement
Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menetap datar di USD 83,76 per barel, setelah naik 1,5 persen pada hari Jumat. Di awal sesi perdagangan, harga minyak jenis ini menyentuh level tertinggi sejak Oktober 2014 di USD 84,28 per barel.
"Sentimen bullish terus mendukung harga minyak karena pasokan global tetap ketat pada saat permintaan pulih dari pandemi," kata analis Fujitomi Securities, Toshitaka Tazawa.
"Tetapi keuntungan langsung untuk kontrak jangka terdekat WTI mungkin terbatas karena kemunduran yang semakin tajam," kata Tazawa.
Kontrak berjangka WTI saat ini mengalami kemunduran yang tajam, yang berarti perdagangan kontrak di kemudian hari berada pada harga yang lebih rendah dari kontrak saat ini.
Biasanya bulan-bulan berikutnya diperdagangkan dengan harga yang lebih tinggi, yang mencerminkan biaya penyimpanan minyak.
Baca Juga
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kekhawatiran Kekurangan Batu Bara dan Gas
Harga minyak juga didukung oleh kekhawatiran tentang kekurangan batu bara dan gas di China, India dan Eropa, yang mendorong peralihan bahan bakar ke solar dan bahan bakar minyak untuk pembangkit listrik.
Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) menjelaskan, mencerminkan sentimen pasar yang kuat, perusahaan pengelola keuangan menaikkan posisi net long minyak mentah AS dan posisi opsi dalam pekan hingga 19 Oktober.
Pada akhir pekan kemarin, putra mahkota Arab Saudi mengatakan bahwa negara tersebut yang merupakan pengekspor minyak utama dunia menargetkan mencapai emisi nol persen gas rumah kaca pada tahun 2060. Target ini 10 tahun lebih lambat dari Amerika Serikat.
Advertisement